Ketika Psikologi (Juga) Menyelamatkan Hidup


             Kalau fisik sakit, maka cara mengobatinya adalah dengan dibawa ke dokter, minum obat, dan bergaya hidup sehat. Tetapi, bagaimana jika batinmu yang sedang tidak sehat atau sedang terluka? Apakah berurusan dengan ilmu psikologi dan ahlinya sebegitu tidak lazimnya sehingga orang-orang akan mengira bahwa yang datang ke sana adalah mereka yang gila? Apakah mempelajari psikologi sama halnya dengan suatu bentuk ketidakpercayaan pada Tuhan, ibadah, dan takwa yang dapat menentramkan hati, padahal ilmu psikologi pun juga adalah ilmu yang berasal dariNya, sama seperti ilmu kedokteran, biologi, ekonomi, dan lain sebagainya? Apakah jika batinmu terluka kamu akan membiarkannya di seumur hidupmu bahkan sampai secara tidak sadar ikut melukai pula orang-orang disekitarmu hanya karena kamu tidak pernah mempelajari apa itu psikologi? Hey, kira-kira gimana? Seberapa melek kah kamu terhadap ilmu yang satu ini?.


            Saya bukan ahli psikologi. Saya juga tidak pernah berkuliah di jurusan psikologi. Tetapi, saya memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu yang satu ini sejak SMA. Kenapa? Karena dulu ilmu ini pernah membantu saya untuk menemukan siapakah diri saya. My environment didn’t understand what introvert is, so that here I was, an introvert who lived around many misunderstanding concepts about myself. They asked me to be more cheerful, they asked me to find a bunch of friends, they asked me to be super active, but psychology just ask me to be myself and told me that I am a normal. I am an introvert and I should proud of that because many great people are introvert. Kalau diibaratkan, jika biologi adalah jodoh saya, maka psikologi adalah sahabat terbaik saya. Oke, curhatnya saya sudahi dulu.

            Saat ini apa yang mau saya bahas ke psikologi adalah lebih kepada kenapa setiap orang seharusnya belajar ilmu ini, karena ilmu ini juga tak kalah penting untuk diaplikasikan di kehidupan sehari-hari, sama seperti ilmu agama, kesehatan, ekonomi, dan ilmu-ilmu yang lain. Sebagai contoh, seseorang ibu yang mengerti psikologi pasti tidak akan membiarkan dirinya sedih atau marah saat mengandung karena ia tahu kalau emosi negatif itu dapat berpengaruh pada kondisi psikis janinnya kelak, bisa mengakibatkan anaknya hiperaktif atau sebaliknya. Seorang ayah yang mengerti psikologi pasti tidak akan memarahi anaknya secara berlebihan ketika salah tetapi justru mengajaknya berdiskusi untuk mengoreksi kesalahannya karena memarahi anak secara berlebihan hanya akan melukai batinnya, memunculkan rasa minder, atau membuat anak menjadi pemarah juga, tetapi mengajaknya berdiskusi akan membuat mereka merasa dihargai, dianggap, dan dilibatkan dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut dirinya-itu akan membentuk kedewasaan berpikirnya di masa depan. Seorang guru yang mengerti psikologi pasti tidak akan mendiskriminasikan anak didiknya yang introvert karena mereka tahu bahwa introvert termasuk salah satu jenis tempramen bawaan yang tidak bisa diubah sepenuhnya, tidak menerima mereka hanya akan melukai batinnya dan membunuh rasa berharga mereka terhadap diri sendiri. Seorang suami dan istri yang mengerti psikologi pasti akan menghindari Long Distance Marriage karena meskipun mereka sanggup berkomitmen untuk saling setia, tapi LDM itu berdampak buruk bagi psikologi anak yang akan menjadi kurang figure salah satu orang tua dan hal ini bisa berakibat buruk, seperti ada ruang kosong/hampa dalam hatinya dan mudahnya anak itu jatuh cinta hingga ditipu serta yang lainnya. Dan, buanyakk contoh-contoh lain yang tidak bisa saya ceritakan disini karena keterbatasan saya. Dalam hal ini, bukannya saya menafikkan ilmu agama lalu menganggap ilmu psikologi adalah segala-galanya. Tentu saja tidak. Tanpa ilmu agama, apa bedanya kita dengan orang kafir? Tanpa ilmu agama, apa artinya aktivitas kita 24 jam di dunia? Ilmu agama tetap yang paling penting, karena ilmu tersebutlah yang akan menghantarkan kita pada kebahagiaan sejati, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Yang mau saya sampaikan disini adalah memahami ilmu psikologi sama pentingnya dengan kita paham ilmu kesehatan. Coba deh, orang yang paham ilmu kesehatan pasti nggak akan ikut-ikutan challenge minum yakult 10 botol dalam 24 jam, karena probiotik yang berlebihan dapat membunuh mikroflora usus yang fungsinya untuk membantu pencernaan dan menjaga kesehatan. Sama pentingnya kan semua ilmu-ilmu Allah tersebut untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di dunia ini?

            Sekarang saya akan berbicara mengenai luka batin tadi. Siapa sih di dunia ini yang nggak pernah terluka batinnya? Perasaan-perasaan sedih, marah, kecewa, dan berbagai emosi negative lain yang pernah terjadi di masa lalu, ternyata masih tersimpan rapat pada batin kita loh. Pada suatu waktu, emosi-emosi negative yang menumpuk itu akan mencapai ambang batas hingga batin kita tidak kuat lagi menahannya. Akhirnya, ada sebagian beban batin yang “dititipkan” ke fisik dan faktanya mayoritas penyakit fisik muasalnya dari pikiran alias batin alias stress. Inilah yang disebut psikosomatis, yaitu penyakit fisik yang asalnya dari sakit batinnya. Misalnya, ada yang sudah dibawa ke dokter, katanya tidak didiagnosa sakit apapun, tapi kok masih sakit. Ada juga yang gampang lelah fisiknya. Ada pun yang dampaknya ke mood, bawaanya jadi sedih terus, tidak ingin melakukan apapun, kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya menarik, maunya sendirian terus, dan lain sebagainya. Di sini jujur saya nggak berani bicara lebih jauh tentang depresi, anxiety, personality disorder, dan sejenisnya karena itu saya bukan ahlinya. Tapi gimana dong kalau batin kita sedang tidak sehat seperti itu? Masa’ kita akan membiarkannya saja. Nggak bahagia-bahagia dong hidupnya?.

            Nah, di sini saya mau sharing mengenai hal yang baru saja saya ketahui seumur hidup saya, yaitu terapi psikologi. Jangan bayangin terapi yang di ruang khusus yang berdua saja dengan ahli kesehatan jiwa ya. Terapi psikologi yang saya maksud adalah trainingnya Doktor Dedy Susanto yang diselenggarakan dan diikuti ramai-ramai oleh pesertanya. Awalnya sih, saya hanya penggemar setia channel You Tube nya karena memang kontennya sangat bermanfaat dalam menambah wawasan psikologi. Tapi, lama-lama saya tertarik dengan training terapi psikologi yang rajin beliau adakan di kota-kota seluruh Indonesia. Akhirnya, saya yang semula udah tertarik banget sama psikologi, jadi penasaran dan memutuskan untuk ikut training ini. Ada banyak sekali peserta yang datang waktu itu. Mulai dari mahasiswa yang lebih muda dari saya hingga kakek-nenek juga ibu hamil pun ada. Kalian pasti nggak akan nyangka deh ternyata banyak juga ya orang yang batinnya tidak sebahagia penampilan luarnya. Kalian pasti kaget kalau orang yang kelihatan keren, pakaian bagus, wajah ceria, terlihat sukses dan bahagia dari luar, ternyata sedang terluka batinnya karena menghadapi ujian tertentu dalam hidupnya, seperti orang tua tidak harmonis, dikhianati pacar, menderita penyakit parah, direndahkan orang lain, disakiti temannya, bercerai, ditipu mantannya, dan banyak deh pokoknya penyebab luka di batin manusia. Kalian pun jangan-jangan juga punya luka batin tersendiri yang disimpan rapat-rapat?.

            Selanjutnya, saya tidak akan membahas secara detail mengenai training terapi psikologi yang saya ikuti. Tapi yang jelas, training itu sama sekali tidak sesat. Selama training, kita justru diajak untuk mengingat kebesaran Allah, menjadi pribadi yang lebih ikhlas, tegar, dan positif, melepas semua hal negative, serta belajar saling menguatkan dan mendoakan dengan para peserta lain. Pokoknya seru banget deh acaranya. Setelah ikut training, saya beranjak pulang dengan hati yang super lega. Rasanya seperti beban pikiran dan batin yang selama ini ada dalam dada saya, juga rasa jenuh akan banyaknya kewajiban di kampus mendadak hilang entah kemana dan nggak akan saya cari lagi juga. Saya merasakan sendiri bagaimana training tersebut dapat membuat saya lebih percaya diri, semangat, kuat, dan ikhlas sekarang. Mendadak ada tugas banyak pun juga tidak terpikir untuk mengeluh. Alasannya simple saja sebenarnya, karena di training tersebut saya mendapatkan dukungan dan semangat dari banyak orang yang bahkan tidak saya kenal untuk lebih ikhlas, tabah, kuat, dan optimis dalam menjalani hidup. Mereka juga mendoakan saya agar sukses, beruntung, dan lancar rezeki. Keren kan?. Oh ya, untuk alasan lain, sebenarnya Pak Doktor juga menjelaskan bahwa perasaan lega tersebut merupakan efek dari dikurasnya emosi negative yang tanpa kita sadari selama ini udah memenuhi batin kita. Super duper keren kan? Masya Allah, betapa luasnya ilmu Allah hingga kita bisa menggunakan yang ini dan itu untuk meraih kebagiaan dalam hidup.

            Setelah saya membahas ini. Siapa lagi yang masih berpikir kalau orang yang perlu ditolong dengan ilmu psikologi adalah orang gila?. Yuk deh ubah presepsimu tentang ilmu psikologi kalau masih salah. Orang awam yang mau belajar psikologi tuh menurut saya keren karena itu nunjukin kalau mereka sayang sama diri mereka sendiri, tidak pantang menyerah pada kondisi mereka, peduli terhadap orang-orang di lingkungan sekitar, serta mau berusaha untuk mengatasi masalahnya dengan berbagai cara. Sekian apa yang bisa saya bagikan di kesempatan kali ini. Mohon maaf ya kalau ada salah-salah kata, karena saya nekad menuliskan sesuatu di bidang yang tidak sepenuhnya saya kuasai hehe. Thank you…





Hon Nurizza

Komentar