Assalamualaikum,
readers. Akhirnya saya kembali lagi ke rumah dan menjadi diri saya sendiri:
buka blog dan kembali menulis panjang lebar (maksudnya hehehe). Oke, kali ini
saya akan kembali merangkum berbagai hikmah dari rentetan Quarter Life Crisis
yang sudah dan tengah dijalani. Without any futher to do, langsung aja kita bahas
satu per satu!.
Pertama, pelajaran yang bisa saya
ambil selama sebulan ini adalah momen yang bisa jadi merupakan kesedihan
terbesar dalam hidup adalah ketika kita kehilangan diri kita sendiri.
Kehilangan dalam artian kita tidak lagi mengenal diri kita sendiri, kekuatan
kita, apa yang selama ini kita miliki, dan juga impian kita di masa depan. Singkat
kata, kita gagal mencintai diri sendiri. Hal ini bisa diakibatkan oleh banyak
faktor, baik internal maupun eksternal.
Di momen ini,
biasanya kita akan sangat sedih, hingga rasanya mau menghilang saja dari muka
bumi. Kita takut membayangkan tentang bunuh diri dan segala konsekuensinya,
tapi kita masih ingin pergi ke suatu tempat tanpa dikenali oleh siapapun.
Melarikan diri menjadi salah satu opsi, tapi ternyata kita bertanggungjawab
atas perasaan orang-orang yang mencintai kita. Ya, ketika kita gagal mencintai
diri sendiri ternyata kita masih bertanggungjawab atas orang-orang yang
mencitai kita. Di momen menyedihkan seperti ini, lari dari suatu permasalahan
biar bagaimanapun bukanlah hal yang baik. Sebab, masalah memang selalu ada
selama kita hidup. Masalah dan hidup seperti satu kesatuan yang tak bisa
dipisahkan, dan sebagai manusia yang hidup, kita harus berani menghadapinya
bahkan menikmati berbagai cara untuk berdamai dengan masalah-masalah itu.
Menghidari dan menganggap masalah yang datang dalam hidup adalah sepenuhnya hal
negatif bukanlah cara yang baik dalam menjalani hidup.
Lantas, apa yang harus dilakukan ketika menghadapi
situasi ketika kita gagal mencintai diri sendiri? Pertama, setidaknya di momen
ini kita menyadari bahwa apa yang selama ini menjaga kita untuk tetap bersemangat menjadi
lebih baik di tengah ketidaksempurnaan kita adalah karena kita memiliki mimpi. Ternyata impian kitalah yang banyak
menggerakkan kita ketika kita malas, takut, dan merasa tidak berguna. Bahkan,
tanpa memiliki impian, seseorang bisa saja tak kan pernah terpikir untuk
menjadi lebih baik di masa depan. Maka, kembali dan rawatlah impian itu. Kedua,
kita butuh me-time. Adalah waktu untuk diri sendiri dan melakukan apapun apa
yang kita sukai, tanpa memikirkan berbagai problematika hidup juga tanpa ditemani
siapapun untuk sejenak. Kita sangat perlu melakukan ini ibarat seorang yang
mencoba mengenali teman lamanya yang sudah lama ia tidak temui. Ketiga adalah bagian
terpenting, yaitu minta tolonglah. Berdoa sama Allah agar dipertemukan dengan
diri sendiri kembali dan kali ini memohonlah agar didamaikan dengan dia untuk bersama-sama menjadi lebih baik. Minta tolong juga dengan orang yang lebih
tahu. Simply, kalau kamu tidak tahu orangnya, kamu selalu bisa bertanya pada
buku yang tepat, yang bertengger di rak-rak buku pengembangan diri toko
buku. Biar bagaimanapun, buku juga ditulis oleh manusia, kan?
Hal kedua yang saya pelajari adalah betapa Allah
maha pendengar dan maha penolong yang paling agung dan setia. Setiap proses
yang kita jalani, meski kita mengantisipasinya sesempurna mungkin, terkadang
tetap saja ada hambatan dan kendala tak terduga yang muncul di setiap
tahapannya. Yang akan kita lakukan ketika kita menemui kendala itu pertama kali
adalah kita pasti panik dan takut segalanya tidak seperti yang kita rencanakan.
Rasanya kadang sangat sulit mengatasi kendala itu, tapi menyerah itu mudah.
Mengatasi kendala adalah tidak mudah dan harus dilakukan.
Tapi seringkali kita tidak tahu apa yang harus kita
lakukan, bukan? Maka, berdoalah pada Allah. Awali doa dengan surah yang
diibaratkan sepertiga al-Quran, yaitu surat Al-ikhlas, kemudian sebut nama-nama
mulianya sambil menengadahkan tangan dan berdoa sungguh-sungguh. Luruskan niat,
melakukan setiap hal, sekalipun itu hal-hal kecil hanya untukNya adalah suatu
keharusan yang tidak boleh dilupakan. Karena apa? Pertama: Allah hanya akan
mengizinkan yang terbaiklah yang akan terjadi dan yang terburuk tidak untuk
terjadi, lalu ketika kita meniatkan semua untukNya, maka sudah pasti Allah akan
berikan apa yang terbaik untuk mengatasi kendala-kendala kita. Jika urusan itu
baik bagi hidup kita, Allah pasti akan adakan jalan keluar bagi kita. Kedua, kadang
kita memiliki keinginan yang sangat kuat untuk meraih sesuatu, tetapi semakin lama
keinginan kita menjadi tidak sekuat itu. Hal itu wajar karena
kita adalah manusia dengan hati yang tidak pernah stagnan. Maka, ketika kita
melakukan segalanya karena Allah, kita tidak akan khawatir atas keberhasilan
dan ketidakberhasilan keinginan kita karena simply, jika kita berhasil maka
menurut Allah keinginan itu baik bagi kita dan jika kita gagal maka simply, keinginan itu mengandung sesuatu yang buruk bagi kita. Yakin saja, Allah tidak akan
pernah mengecewakan hambaNya yang percaya dan yakin padaNya!. Bukanlah semua
urusan berada dalam genggamanNya?
Lalu, setelah cukup bersabar menunggu dan akhirnya
pertolongan itu datang, maka kita akan semakin yakin bahwa Allah maha pendengar yang benar-benar mendengarkan kita dan maha penolong yang benar-benar
menolong kita. Pertolongan Allah memang sungguh nyata dan bisa dirasakan. Hal
yang semula kita kira mustahil dan sangat sulit dilewati, ternyata sudah usai
begitu saja. Tidak ada peristiwa kebetulan yang menyelamatkan urusan kita dan
tidak ada orang lain yang begitu saja mau bersabar membantu kita menyelesaikan
urusan kita. Ya, Allah yang atur waktunya dan Allah pula yang gerakkan pintu
hati orang lain untuk membantu kita. Maka jangan lupa bersyukur dan jangan pernah berhenti berdoa. Karena Dia beda dengan makhluk yang semakin banyak diminta semakin
kejam. Allah justru semakin sayang ketika semakin dimintai pertolongan.
Hal ketiga sekaligus terakhir yang saya pelajari
adalah terkadang waktu dua detik yang kita gunakan untuk mengetik kata YA saat
membalas pesan orang lain bisa menjadi sangat berarti dalam hidup orang
tersebut. Kesediaan kita untuk menulis hal sepele selama kurang dari lima menit
bisa berarti suatu kemajuan besar bagi urusan orang lain. Intinya, bantuan yang
bisa kita berikan, sekalipun itu sangat kecil dan mudah kita lakukan, bisa
menjadi sangat besar artinya bagi hidup orang lain. Alasannya adalah karena
hanya kitalah yang bisa melakukan itu, tidak ada orang lain lagi yang bisa
melakukannya untuk orang itu. Ketika menghadapi momen ini, berada di posisi
orang yang dimintai tolong untuk hal sepele (menurut kita), kadang kita merasa
sebal karena direpotkan/kita merasa tidak peduli karena tidak ada urusannya
dengan hidup kita/kita merasa enggan melakukkannya karena kita memang tidak
mau padahal kita bisa melakukannya/kita merasa seharusnya orang itu tidak
meminta tolong padanya tanpa tahu alasan sebenarnya dari si peminta tolong.
Tapi, apapun alasan kita ketika berada di posisi si dimintai tolong, sebaiknya
tetap tolong saja jika memang orang itu sangat membutuhkan bantuan kita. Meski kita
tidak terlalu diuntungkan atas semua itu, kita harus ingat bahwa orang yang
menolong dengan niat karena Allah, maka akan dimudahkan juga urusan dunia dan
akhiratnya oleh Allah. Di sisi lain, si peminta tolong yang kamu tolong pasti
juga akan sangat berterima kasih dan mungkin saja ia akan mendoakan
kebaikan-kebaikan untukmu karena telah menolongnya. Lagian, ketika kita
mempersulit urusan orang lain yang bisa kita permudah, bisa jadi di suatu masa
kita akan berada diposisi orang yang meminta tolong dan kita akan merasakan
betapa “menyebalkannya” si dimintai tolong yang tidak mau menolong itu. Hal
buruk yang terjadi dalam hidup adalah salah kita sendiri, bukan?
Sekian apa yang bisa saya tuliskan pada kesempatan
kali ini. Alhamdulillah, saya berada dalam perasaan yang sangat lega dan
bahagia dalam menuliskan hal ini, karena ibarat kata saya sudah berusaha sekuat
tenaga dalam mendaki gunung (favorit saya) yang tinggi dan terjal, lalu yang
bisa saya lakukan sekarang adalah menyerahkan hasilnya hanya pada Allah saja. Entah
kemana nasib akan membawa saya setelah ini, entah lika-liku Quarter Life Crisis
apa lagi yang akan saya alami nanti, entah apa akhir dari semua ini, yang jelas
tulisan mengenai QLC ini akan terus berlanjut dan semoga terus bisa saya
tuliskan agar menjadi bermanfaat, setidaknya bagi diri saya sendiri. See you on
the next chance!
Hon Nurizza
Komentar
Posting Komentar