Tentang Quarter Life Crisis (VOL3) dan Bukit Sekipan


             Hai, akhirnya saya terdampar juga di blog kesayangan. Setelah sekian lama melangkah satu demi satu karena masih memperjuangkan sesuatu, Alhamdulillah sejauh ini saya sudah melewati beberapa “tugas” saya, dan sebelum menjalani tugas selanjutnya, seperti biasanya, saya akan mengambil jeda untuk menarik nafas, memanjakan diri sejenak, dan mencatat apa yang telah saya dapatkan sejauh ini disini.

            Biasanya saya menulis catatan tentang QLC ketika saya sudah mendapat banyak pelajaran baru, tapi kali ini saya hanya akan menuliskan dua saja, karena takut keburu lupa. Hari ini, sebenarnya juga ingin menulis review tentang suatu tempat yang baru saja saya kunjungi, seperti kebiasaan saya juga di blog ini. Tapi, berhubung semangat menulis saya tidak semenggebu-gebu biasanya, jadilah saya merger dua topic itu dalam satu post. Saya akan coba menyampaikannya dengan cara yang sedikit berbeda. Mungkin sebagian orang bertanya-tanya buat apa saya menulis semua ini. Apakah ini sepenting itu? Entahlah, saya hanya ingin menuliskan momen-momen dalam hidup saya agar terabadikan oleh waktu, setidaknya selama blog ini bisa diakses, untuk kemudian saya baca-baca sepuluh tahun mendatang, ketika saya sedang sedih, atau ketika saya sedang kehilangan diri saya sendiri. Namun, saya akan sungguh bersyukur jika ada sekelompok orang yang mendapatkan inspirasinya disini.

            Pertama, pelajaran yang saya dapat adalah jangan pernah menganggap seseorang terlalu istimewa, seakan-akan kita bangga mempunyai dia di samping kita. Seolah-olah dia adalah salah satu hal paling berharga dalam hidup. Mungkin dalam konteks ini adalah teman. Mau tahu alasannya kenapa? Karena pada akhirnya kita akan kecewa. Mereka suatu saat akan tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Bisa jadi kita menaruh mereka diurutan pertama, tapi bagi mereka kita bisa jadi menjadi urutan kesekian, telah tergantikan oleh orang-orang baru. Yang akan saya ingin katakan disini adalah jangan pernah meletakkan hati terlalu dalam pada manusia, jangan pernah berharap kepada manusia, jangan pernah sombong karena memiliki manusia. Karena bisa jadi Allah tidak suka. Karena manusia itu makhluk tidak peka. Karena manusia itu makhluk yang gampang terbolak-balik hatinya. Lalu kita harus bagaimana? Menurut saya, kita tetap wajib memperlakukan sesama dengan baik, siapapun itu. Motivasi terbaik melakukannya adalah karena Allah yang memerintahkan. Dan itulah yang disebut ketulusan. Maka jika orang itu tidak melakukan seperti yang kita lakukan padanya, setidaknya kita tidak akan merasa kecewa. Selain itu, kemungkinan besar kita juga akan dapat banyak pahala. Kita tetap boleh menyayangi orang lain meskipun orang lain itu tidak menyayangi kita sebesar yang kita lakukan. Tapi pastikan motivasinya bukan ego atau hal lain, tetapi karena Allah yang memerintahkannya kepada kita. Semoga aku dan kamu selalu ingat hal ini.

            Kedua, pelajaran yang saya peroleh adalah hidup itu benar-benar nyatanya seperti roda. Mungkin kita sekarang ada di titik terbawah, sementara orang lain sudah berada di puncaknya. Tapi percayalah, semua ini hanya sementara, suatu saat, keadaan akan berbalik. Kita juga akan berada di puncak kita. Dan memperjuangkan impian adalah suatu hal yang baik. Apalagi jika impian itu diniatkan untuk beribadah dan menjadi khalifah terbaik. Sayangnya, banyak manusia yang punya impian, tetapi mengeluh setelah tahu bahwa memperjuangkan impian mereka memang tidak semudah itu. Dan di situlah impian kita diuji. Saya beruntung bisa mendapatkan inspirasi dari seseorang. Dia bilang bahwa ya, kita memang harus memiliki impian. Sesuatu yang di nanti untuk dinikmati di masa depan. Tapi, pastikan kita juga menikmati proses menuju kesana, pastikan kita bahagia di setiap langkah kecil yang akan membawa kita lebih dekat dengan impian itu. Dimana, prosesnya memang tidak selalu mudah. Ada kalanya harus mengalami kegagalan yang menyesakkan, harus berkompromi dengan waktu yang sangat panjang, harus punya muka dan kuping tebal untuk menghalau omongan buruk orang, harus punya keyakinan yang tertancap kuat pada Allah di tengah jahatnya diri sendiri yang terkadang meragukan, pesimis, takut, dan khawatir berlebihan, harus terus menerus berusaha menemukan titik terang dengan belajar dan terus belajar, harus merelakan banyak kesempatan yang tak sejalan dengan mimpi, harus fokus dan setia pada satu titik, harus berdamai dengan rasa jenuh dan lelah, harus menghabiskan banyak biaya sebagai modal, dan harus harus dan harus yang lain. Ya, semua harus itu memang harus dinikmati, sebelum kita nantinya berhasil menikmati hasilnya. Saya juga menyadari satu hal bahwa mumpung masih muda, tidak ada salahnya kita bersakit-sakit bahkan merasa diri paling rendah tapi terus menerus berusaha menggapai mimpi daripada kita merelakan mimpi kita pergi bahkan sebelum kita mencoba. Semoga di waktu tua nanti, kita menjadi orang tua yang berterima kasih kepada dirinya sendiri karena di masa mudanya memilih untuk memperjuangkan impiannya daripada ketakutan yang membungkus realita. Ah, bahkan banyak orang-orang sukses yang hidup di masa kini yang mereka dulunya punya mimpi dan memperjuangkan impiannya itu.



            Lalu apa itu Bukit Sekipan? Saya merasa sangat bersyukur terlahir dari orang tua yang senang jalan-jalan. Karena, perjalanan sendiri tidak hanya akan membawa saya keluar sejenak dari tugas-tugas saya yang terkadang terasa sulit dan menjemukan, tapi juga mengingatkan saya kembali bahwa untuk tiba di suatu tempat yang indah, kita harus melakukan perjalanan, menunggu tiba dengan hanya duduk diam, tapi kita juga bisa memutuskan untuk riang gembira sepanjang perjalanan atau bisa juga dengan menangis. Dan perjalanan kami kali ini agak berbeda. Bukit Sekipan adalah suatu tempat wisata, yang terletak di Tawang Mangu. Dari kediaman kami, kami harus melewati jalan menuju Danau Sarangan, tujuan mainstream wisata kami yang kadang terasa membosankan karena saking seringnya kesana. Jadi, kami harus naik lagi, naik terus, berjalan lebih jauh. Melewati Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, dan berbagai tempat wisata lain. Sepanjang perjalanan terlihat sungguh indah dengan pemandangan sawah-sawah miring yang menakjubkan. Banyak sekali orang kala itu yang menghabiskan waktu berfoto di bahu jalan dengan background yang memang sangat menawan atau yang sekadar menghangatkan badan dengan kopi dan jagung bakar di warung-warung kecil di sekitaran. Tapi tujuan kami sekarang adalah Bukit Sekipan.

            Ternyata Bukit Sekipan adalah suatu tempat wisata semacam WBL atau Jatim Park, tapi lebih kecil. Tiket masuknya 50 ribu per orang. Ada banyak sekali wahana menarik disana. Ketika masuk, kita akan di sambut dengan ruang berfoto yang dilengkapi kostum korea, jepang, dan cina yang tentu saja tidak gratis. Tapi peminatnya tentu banyak. Terus masuk lagi, akan kita temui kolam renang untuk dewasa dan anak. Kala itu yang renang sedikit karena cuaca mendung. Terus berjalan, kalian akan menemukan sebuah bangunan berbentuk kapal. Di dalamnya ada patung presiden RI dan tokoh terkenal dunia. Ketika kita menengok keluar dari dek kapal, kita akan melihat berbagai miniature ikon negara-negara di dunia yang siap sedia diajak untuk foto. Ada yang dari Prancis, Italia, Jepang, Inggris, Belanda, dan juga yang paling menarik adalah Taj Mahal-nya India, yang disulap sebagai mushola tempat pengunjung sholat. Ada juga semacam cottage bernuansa jepang yang (mungkin) bisa disewa, sebab terlihat ada tempat tidurnya. Masuk ke mini zoo, bau menyengat menyambut, ada beberapa hewan dalam kurungan, jujur saya kasian. Tapi tak apa, terus saja masuk, maka kalian akan menemui Bioskop 8 Dimensi yang GRATIS. Masuk saja dan kalian akan merasa terhibur sekaligus “ketakutan” dengan film yang ditawarkan. Keren sih ini. Di sini, tersedia banyak sekali wahana anak yang lengkap, benar-benar surga bagi anak-anak kecil yang suka bermain dan berpetualang. Ada lagi satu yang ingin saya ceritakan, yaitu goa hantu, yang sukses membuat teriakan ketakutan. Hmmm… mungkin ada beberapa wahana lain yang belum saya kunjungi kala itu karena keterbatasan waktu. Tapi, tetap seru kok, apalagi kalau harga tiketnya diturunin dikit, bisa lah ehehe.

            Sekian apa yang bisa saya ceritakan kali ini. Semoga bermanfaat. See you. Kira-kira hal apa lagi ya yang akan terjadi dalam hidup saya dan pelajaran apa yang nanti akan saya dapatkan? Yap, kita akan tahu ketika saya mampir ke sini lagi nanti.




Hon Nurizza

Komentar