Prinsip Hidup dan Quarter Life Crisis (VOL 2)


            Lagi, tentang Quarter Life Crisis. Kalian masih ingat kan apa yang disebut dengan Quarter Life Crisis? Ya, QLC merupakan sebuah fase yang dialami manusia umur 25 tahunan yang sedang galau karena masih berjuang mencari arah dan tujuan hidup di tengah banyaknya pilihan dan “saingan” di sekitarnya. Kalau ingin penjelasan yang lebih lengkap, bisa mampir di postingan saya tentang “Sepotong Pemahaman Baik tentang Quarter Life Crisis” yang pernah saya tulis sebelumnya.


            Nah, kali ini, saya akan kembali menuliskan beberapa pemahaman berharga yang sekiranya bisa menjadi “pegangan” dalam menghadapi fase hidup Quarter Life Crisis ini. Well, memang nggak bisa dipungkiri oleh saya bahwa Quarter Life Crisis adalah suatu fase terberat sepanjang hidup. Fase yang bagi saya selalu saya analogikan sebagai fase kepompong dalam siklus hidup kupu-kupu atau fase keong yang belum menemukan cangkang barunya ketika tubuhnya mulai bertambah besar. Rasanya ya kadang sedih, kadang lelah, kadang khawatir, kadang takut, tapi tetap tidak boleh menyerah, karena fase inilah yang paling menentukan bagaimana ke depannya kita akan menjalani hidup. Apakah akan begini-begini saja mengikuti arus atau berani mengambil resiko meski harus berjuang berlelah-lelah dan memilih berada “di bawah” dalam waktu yang sedikit lebih lama. Hmm… bukankah ada diantara kalian yang sedang mengalaminya? Atau kalian menganggapnya biasa saja? Atau Alhamdulillah-nya karena Allah telah memudahkan kalian menemukan “cangkang dan sayap” itu? Ya, saya paham bahwa setiap orang memiliki perjalanan dan rezekinya masing-masing. Tapi, tetap saja kali ini saya akan menuliskan tentang pelajaran berharga yang saya dapatkan di fase QLC, meneruskan poin yang saya tulis pada postingan bertema QLC sebelumnya.

            Poin pertama: Kalau mau pandai, ternyata tidak boleh maksiat dan harus perbanyak ibadah. Pasti sekilas kita menjadi bingung dengan penyataan tersebut. Bagaimana bisa ada hubungan antara belajar dan maksiat?. Tapi ternyata ada. Coba deh kita ingat-ingat. Ketika kita pernah belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mengerjakan soal-soal ujian. Belajarnya udah lama, serius, bahkan sampai capek, eh ternyata hasilnya tidak seperti yang kita inginkan atau bahkan kita tidak lulus karena soalnya melenceng jauh, misalnya. Tapi, ada kalanya ketika kita belajar, alurnya enak banget, gampang paham, tidak lelah sama sekali, dan meskipun kita struggling dalam mengerjakan soal, hasil yang keluar ternyata bagus, terlebih memuaskan, misalnya. Kok bisa gitu ya? Dan alasannya adalah ternyata keberhasilan kita itu tidak hanya ditentukan dari usaha dan doa semata, tetapi juga kedekatan kita sama Allah. Bisa jadi kita udah mentok di usaha dan doa, tapi masih gagal. Nah, berarti kita kurang deket sama Allah, karena sejatinya hasil dari sebuah proses adalah sepenuhnya Allah yang menentukan. Sebagai manusia, kita cuma bisa menepati hukum alamnya saja, yaitu ikhtiar dan doa. Selain itu, ilmu adalah milik Allah, dan ilmu itu ibarat cahaya. Yang namanya cahaya tidak akan Allah berikan pada orang yang berdosa dan gelap hatinya. Makanya, masuk akal sekali jika kita ingin pandai, kuncinya adalah membersihkan hati, dengan menghindari maksiat dan meningkatkan takwa.

            Poin kedua: Obati sakit hati dengan hanya bergantung pada Allah saja. Kalian pasti pernah sakit hati. Biasanya kita itu sakit hati karena berharap lebih pada seseorang/sesuatu, bisa juga karena merasa memiliki atau ingin memiliki sesuatu/seseorang. Tapi sayangnya, ekspektasi kita tidak sesuai dengan realita yang terjadi, sehingga kita sakit hati. Misal contoh yang sederhana adalah ketika kita berharap kepada kenalan kita agar dia mau kasih kita kerjaan di projeknya, karena selama ini kita merasa udah baik dan kenal dekat dengan dia. Eh ternyata malah temen kita yang dikasih. Nah, kecewa kan? Sakit hati kan?. Tapi apa yang terjadi sebenarnya ternyata tidak seperti itu. Tahukah kenapa kita bisa sakit hati? Karena sebenarnya kita telah berharap pada tempat yang salah dan merasa memiliki sesuatu yang bukan milik kita. Harusnya, kita berharap apapun hanya kepada Allah saja. Pernah nggak sih kalian sakit hati sampai merasa seperti berada di tempat paling bawah, gelap, sendirian, dan tidak berdaya hingga kalian akhirnya sadar bahwa tidak ada yang bisa nolong dan menjadi tempat bergantung kalian selain Allah? That’s the point. Allah ingin kita ingat bahwa satu-satunya tempat bergantung yang tak pernah mengecewakan adalah Dia.

            Dalam kasus tadi, instead of berharap ”Semoga kenalanku itu mau nunjuk aku buat ikut projek dia”, lebih baik kita berharap “semoga Allah menunjukku untuk ikut projek kenalan itu atau Semoga Allah mau membukakan hati kenalan itu untuk memilihku” . Nah, kalau kita berpikir seperti itu, meskipun pada akhirnya kita tidak dipilih oleh kenalan itu, kita tidak akan kecewa, karena pasti kita akan paham bahwa apa yang dibawa kenalan itu belum rezeki bagi kita dan Allah lebih tahu mana yang baik bagi kita. Atau contoh lain ketika kita akan wawancara kerja. Instead of berharap pewawancara memberikan kita pertanyaan mudah, mending minta Allah mudahkan kita menjawab pertanyaan pewawancara. Sesimple itu  untuk tidak sakit hati!.

            Poin ketiga: Lawan Overthinking dengan percayakan semua pada Allah saja. Saya adalah orang yang gampang sekali overthinking. Memang ada untungnya karena bisa lebih mengantisipasi terjadinya segala sesuatu, tetapi ternyata overthinking itu nyusahin banget. Coba bayangkan, overthinking bisa bikin anak manusia menangis padahal aslinya nggak ada apapun yang terjadi padanya. Kok bisa? Karena dalam pikirannya, sedang berkecamuk berbagai perasaan negatif, seperti khawatir, takut, sedih, sesal, dan lain sebagainya tentang apa yang belum terjadi.

Ternyata satu-satunya cara dalam mengobati overthinking adalah dengan mempercayakan semuanya kepada Allah. Semua. Ya, Semua. Karena kita harus menyadari bahwa Allah adalah pengatur segala urusan di jagad raya. Mengatur sebegitu luas saja Allah tidak merasa lelah dan berat sedikitpun, apalagi mengatur dan menyelesaikan problematika anak manusia yang tidak ada apa-apanya seperti kita, kan?. Bukankah itu sangat gampang bagi Allah?. Ingatkah kita bagaimana Allah menjadikan istri dari Nabi Zakaria dan Nabi Ibrahim mengandung, padahal keduanya sudah sepuh? Ingatkah kita Allah lah yang telah menjadikan kemenangan bagi kaum muslimin ketika perang badar padahal jumlahnya sangat amat sedikit?. Yakinkan bahwa tidak ada yang mustahil dan sulit bagi Allah. Termasuk masalah masa depan kita sekalipun, yakinkan bahwa Allah adalah sebaik-baiknya perencana dan pengatur hidup kita. All is well with Allah, karena Allah adalah Maha pengasih, Maha penyayang, Maha berkehendak, Maha berkuasa, Maha memudahkan, Maha membuat mungkin segala sesuatu, dan Maha baik. Nah, mempercayakan segala hal dalam hidup hanya kepada Allah akan membuat hati kita menjadi tenang, sehingga kita bisa dengan nyaman untuk berikhtiar dan tidak akan berprasangka buruk pada takdirNya ketika roda kehidupan kita sedang berada di bawah.

Poin keempat: 24 jam untuk Allah. Ini serius, kita bukanlah tidak sengaja untuk diciptakan tanpa maksud apapun, apalagi cuma buat haha hihi di dunia. Kita diciptakan bersama jin tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna beribadah tidak terbatas pada ibadah secara ritual saja, tetapi juga meniatkan seluruh aktivitas sehari-hari kita untuk beribadah. Sepanjang hidup, memang Allah titipkan pada kita rezeki berupa harta, jabatan, dan hal-hal menyenangkan lain, tapi semua itu cuma TITIPAN, yang Allah sengaja pinjamkan pada kita sebagai modal untuk dapat pahala dan keberkahan sebagai bekal pulang. Ada sebuah ceramah yang menurut saya sangat menyentuh tentang hal ini. Jadi, dalam sehari Allah menyuruh kita sholat lima waktu, menghadap kepadaNya, itu sebenarnya adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk meminta tolong kepadaNya atas semua permasalahan hidup kita. Sebab, dalam sholat sekalipun kita bisa mengadu tentang permasalahan kita, misalnya ketika sujud dan sebelum salam. Allah berjanji akan segera menyelesaikan masalah kita itu dengan syarat: sebelum sholat, kita niatkan seluruh aktivitas hidup kita (makan, minum, mandi, tidur, belajar, bekerja, dan lainnya) hanya untuk beribadah saja (dengan membaca doa sebelum melakukan itu) dan kita membaca Al-Fatihah dengan benar ketika sholat itu. Coba bayangkan ketika kita berhasil melakukan hal ini. Selain bisa panen pahala setiap hari, hidup kita juga akan tenang karena tidak mengejar dunia yang bagaikan bayangan, yang semakin dikejar malah semakin dijauhkan tapi ketika kita berbalik malah akan semakin diikutkan. Semoga kita selalu ingat bahwa ketika kita mengejar akhirat, maka dunia akan Allah buat hina dan mengikuti kemanapun kita pergi. Satu tambahan lagi, kenapa sih nggak nanti-nanti aja kalau udah tua? Nope dude, pernah nggak sih dalam hidup kalian, ada temen atau senior yang tiba-tiba meninggal dunia padahal tidak punya riwayat sakit parah sebelumnya?. Ajal kita memang nggak ada yang tahu dan hidup di dunia seharusnya tak sesantai itu.

Poin kelima: Bermimpi/bertujuan hanya untuk Allah. Apakah kalian punya mimpi? Apakah kalian punya cita-cita?. Jangan bilang tidak, karena setiap manusia harus punya. Dan bermimpi ternyata bukan sekadar mengingkan, menuliskan, memohonkan, dan mengikhtiarkannya saja. Ada orang yang pengen jadi dokter agar bisa menyembuhkan orang sakit, ada yang pengen jadi dosen agar bisa mengajari orang sepotong ilmu, dan ada juga yang pengen kuliah di luar negeri biar lebih pintar dan mengenal lebih banyak orang. Pertanyaanya, kalau orang itu sudah sembuh, sudah pintar, dan sudah kenal lalu kita mau apalagi? Kalau suatu hari kita sedang malas mengobati/mengajari/bekerja/belajar bagaimana?

Tentu tidak berhenti sampai di situ saja motivasinya. Ternyata motivasi terbaik dalam bermimpi atau memasang suatu tujuan adalah Allah. Niatkan mimpi kita sebagai ladang kita untuk beribadah kepada Allah, karena seperti yang dituliskan tadi, hidup kita itu ada ya memang hanya untuk beribadah. Adapun selain itu, Allah menugaskan kita menjadi khalifah yang mampu menebar kebermanfaatan bagi sesama dan semesta. Allah menyuruh kita agar sukses, biar bisa menolong lebih banyak orang dan memfasilitasi kepentingan ibadah kita. Dengan demikian, jika kita meniatkan mimpi atau tujuan itu hanya karena Allah semata, Allah akan senantiasa memudahkan ketika sedang sulit, Allah buat mungkin ketika ada yang terlihat mustahil, Allah kasih kita petunjuk kemana nanti harus melangkah, Allah jaga agar prosesnya senantiasa berkah, dan Allah lindungi dari hal-hal buruk.  Jika mimpi/tujuan kita itu karena Allah, maka kita tidak akan pernah merasa sia-sia atas apa yang selama ini kita lakukan dalam hidup. Karena didalamnya akan selalu ada ketenangan, keberkahan, pahala, dan kebaikan.

Poin keenam: Solusi dari setiap masalah cuma satu. Apakah kalian punya suatu masalah yang sangat susah dicarikan solusinya atau yang tak pernah kunjung selesai padahal sudah bertahun-tahun?. Tidak usah berlelah-lelah mencari solusinya lagi, karena sebenarnya jawabannya sangat dekat. Apapun masalah kita, sebesar dan seberat apapun itu solusinya adalah dengan meningkatkan takwa. Logikanya adalah masalah datang dari Allah untuk menguji kita, Allah pun adalah pemilik segala solusi dan kemudahan di dunia ini. Maka, yang harus kita lakukan adalah mendekat dan semakin mendekat padaNya, dengan meningkatkan takwa. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ayyub ketika diuji dengan penyakit yang sangat parah, semua keturunan yang wafat, dan harta benda yang habis. Yang Nabi Ayyub lakukan bukan hanya bersabar, tetapi juga meningkatkan ketakwaanNya dua kali lipat, sehingga Allah cepat kabulkan doanya. Kita harus selalu ingat bahwa Allah pernah berjanji bahwa jika seorang hamba meningkatkan ketakwaannya dan beribadah dengan benar, maka akan Dia datangkan solusi dari setiap masalahnya dan rezeki dari arah yang tak disangka.

Polima ketujuh: Nyinyir hanya akan merugikan diri sendiri. Apakah kita termasuk orang yang sering nyinyir atau bahkan sering dinyinyiri?. Semoga tidak keduanya ya sobat. Karena dinyinyiri itu rasanya sangat tidak enak, ya seperti didzolimi tapi tidak secara fisik. Tapi, kalau menjadi orang yang suka nyinyir, akibatnya lebih fatal lagi. Ada satu kisah di zaman Rasul yang bisa menampar orang yang sering nyinyir. Jadi, dulu ada seorang wanita yang rajin beribadah tetapi Rasulullah berkata bahwa ia tidak akan bisa masuk surga. Sebab ternyata wanita itu suka nyinyir, menghina, mencaci, menggosip, dan menyakiti hati tetangganya. Orang yang suka nyinyir rupanya akan diambil darinya pahala kebaikannya kemudian diberikan pada orang yang ia nyinyiri. Jika pahala orang nyinyir sudah habis, maka giliran dosa orang yang dinyinyiri tersebut yang akan berpindah kepada si suka nyinyir. Selain itu, orang yang suka nyinyir, di neraka kelak akan dipaksa makan bangkai yang mirip dengan orang yang ia nyiyiri selama di dunia, padahal tentu saja dia tidak suka. Begitulah, semoga kita bukan termasuk orang yang gemar nyinyir. Kepada orang lain, jika kita tak bisa memberi semangat atau sekadar mengatakan hal-hal baik, bukanlah diam jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan nyinyir?

Masa Quarter Life Crisis ini akan terus berlanjut entah sampai kapan. Meski terkadang sulit, tapi Allah nyatanya selalu titipkan berbagai kemudahan dan pelajaran berharga tentang bagaimana menjalani hidup dengan benar di masa depan nanti. Kadang begitulah, masa sulit justru membuat manusia mengenal kehidupan dan penciptanya. Kalau udah gini, suatu saat nanti ketika sukses, semoga tidak lupa perbanyak syukur dan tetap tidak lelah untuk terus berusaha dekat denganNya. Terkadang pun, ilmu yang sudah ditulis saja masih sering lupa. Semoga Allah senantiasa limpahkan ampunan dan hidayah agar tetap mampu memahami dan mengamalkan pelajaran-pelajaran hidup yang sudah didapatkan biar happy ending di surgaNya nanti.

Sekian apa yang bisa saya sampaikan pada postingan edisi special kali ini. Semua pelajaran berharga itu tentu saja bukanlah karangan saya sendiri. Alhamdulillah saya dapatkan dari berbagai sumber yang insya Allah teruji kebenaranya dan dapat dipercaya. Mohon maaf karena tidak mencantumkan sumber referensi lengkapnya karena saya tidak hafal sedetail itu. Saya juga mohon maaf jika ada kurangnya sana-sini. See you…




Hon Nurizza


Komentar