Lagi,
tentang Quarter Life Crisis. Kalian masih ingat kan apa yang disebut dengan
Quarter Life Crisis? Ya, QLC merupakan sebuah fase yang dialami manusia umur 25
tahunan yang sedang galau karena masih berjuang mencari arah dan tujuan hidup di
tengah banyaknya pilihan dan “saingan” di sekitarnya. Kalau ingin penjelasan
yang lebih lengkap, bisa mampir di postingan saya tentang “Sepotong Pemahaman
Baik tentang Quarter Life Crisis” yang pernah saya tulis sebelumnya.
Nah,
kali ini, saya akan kembali menuliskan beberapa pemahaman berharga yang
sekiranya bisa menjadi “pegangan” dalam menghadapi fase hidup Quarter Life
Crisis ini. Well, memang nggak bisa
dipungkiri oleh saya bahwa Quarter Life Crisis adalah suatu fase terberat
sepanjang hidup. Fase yang bagi saya selalu saya analogikan sebagai fase
kepompong dalam siklus hidup kupu-kupu atau fase keong yang belum menemukan
cangkang barunya ketika tubuhnya mulai bertambah besar. Rasanya ya kadang
sedih, kadang lelah, kadang khawatir, kadang takut, tapi tetap tidak boleh
menyerah, karena fase inilah yang paling menentukan bagaimana ke depannya kita
akan menjalani hidup. Apakah akan begini-begini saja mengikuti arus atau berani
mengambil resiko meski harus berjuang berlelah-lelah dan memilih berada “di
bawah” dalam waktu yang sedikit lebih lama. Hmm… bukankah ada diantara kalian
yang sedang mengalaminya? Atau kalian menganggapnya biasa saja? Atau
Alhamdulillah-nya karena Allah telah memudahkan kalian menemukan “cangkang dan
sayap” itu? Ya, saya paham bahwa setiap orang memiliki perjalanan dan rezekinya
masing-masing. Tapi, tetap saja kali ini saya akan menuliskan tentang pelajaran
berharga yang saya dapatkan di fase QLC, meneruskan poin yang saya tulis pada
postingan bertema QLC sebelumnya.
Poin
pertama: Kalau mau pandai, ternyata tidak boleh maksiat dan harus perbanyak
ibadah. Pasti sekilas kita menjadi bingung dengan penyataan tersebut.
Bagaimana bisa ada hubungan antara belajar dan maksiat?. Tapi ternyata ada.
Coba deh kita ingat-ingat. Ketika kita pernah belajar dengan sungguh-sungguh
agar dapat mengerjakan soal-soal ujian. Belajarnya udah lama, serius, bahkan
sampai capek, eh ternyata hasilnya tidak seperti yang kita inginkan atau bahkan
kita tidak lulus karena soalnya melenceng jauh, misalnya. Tapi, ada kalanya
ketika kita belajar, alurnya enak banget, gampang paham, tidak lelah sama
sekali, dan meskipun kita struggling
dalam mengerjakan soal, hasil yang keluar ternyata bagus, terlebih memuaskan,
misalnya. Kok bisa gitu ya? Dan alasannya adalah ternyata keberhasilan kita itu
tidak hanya ditentukan dari usaha dan doa semata, tetapi juga kedekatan kita
sama Allah. Bisa jadi kita udah mentok di usaha dan doa, tapi masih gagal. Nah,
berarti kita kurang deket sama Allah, karena sejatinya hasil dari sebuah proses
adalah sepenuhnya Allah yang menentukan. Sebagai manusia, kita cuma bisa
menepati hukum alamnya saja, yaitu ikhtiar dan doa. Selain itu, ilmu adalah
milik Allah, dan ilmu itu ibarat cahaya. Yang namanya cahaya tidak akan Allah berikan
pada orang yang berdosa dan gelap hatinya. Makanya, masuk akal sekali jika kita
ingin pandai, kuncinya adalah membersihkan hati, dengan menghindari maksiat dan
meningkatkan takwa.
Poin
kedua: Obati sakit hati dengan hanya bergantung pada Allah saja.
Kalian pasti pernah sakit hati. Biasanya kita itu sakit hati karena berharap
lebih pada seseorang/sesuatu, bisa juga karena merasa memiliki atau ingin
memiliki sesuatu/seseorang. Tapi sayangnya, ekspektasi kita tidak sesuai dengan
realita yang terjadi, sehingga kita sakit hati. Misal contoh yang sederhana
adalah ketika kita berharap kepada kenalan kita agar dia mau kasih kita kerjaan
di projeknya, karena selama ini kita merasa udah baik dan kenal dekat dengan
dia. Eh ternyata malah temen kita yang dikasih. Nah, kecewa kan? Sakit hati
kan?. Tapi apa yang terjadi sebenarnya ternyata tidak seperti itu. Tahukah
kenapa kita bisa sakit hati? Karena sebenarnya kita telah berharap pada tempat
yang salah dan merasa memiliki sesuatu yang bukan milik kita. Harusnya, kita
berharap apapun hanya kepada Allah saja. Pernah nggak sih kalian sakit hati
sampai merasa seperti berada di tempat paling bawah, gelap, sendirian, dan
tidak berdaya hingga kalian akhirnya sadar bahwa tidak ada yang bisa nolong dan
menjadi tempat bergantung kalian selain Allah? That’s the point. Allah ingin kita ingat bahwa satu-satunya tempat
bergantung yang tak pernah mengecewakan adalah Dia.
Dalam
kasus tadi, instead of berharap
”Semoga kenalanku itu mau nunjuk aku buat ikut projek dia”, lebih baik kita
berharap “semoga Allah menunjukku untuk ikut projek kenalan itu atau Semoga
Allah mau membukakan hati kenalan itu untuk memilihku” . Nah, kalau kita
berpikir seperti itu, meskipun pada akhirnya kita tidak dipilih oleh kenalan
itu, kita tidak akan kecewa, karena pasti kita akan paham bahwa apa yang dibawa
kenalan itu belum rezeki bagi kita dan Allah lebih tahu mana yang baik bagi
kita. Atau contoh lain ketika kita akan wawancara kerja. Instead of berharap pewawancara memberikan kita pertanyaan mudah,
mending minta Allah mudahkan kita menjawab pertanyaan pewawancara. Sesimple itu untuk tidak sakit hati!.
Poin
ketiga: Lawan Overthinking dengan percayakan semua pada Allah saja. Saya
adalah orang yang gampang sekali overthinking. Memang ada untungnya karena bisa
lebih mengantisipasi terjadinya segala sesuatu, tetapi ternyata overthinking
itu nyusahin banget. Coba bayangkan, overthinking bisa bikin anak manusia menangis
padahal aslinya nggak ada apapun yang terjadi padanya. Kok bisa? Karena dalam
pikirannya, sedang berkecamuk berbagai perasaan negatif, seperti khawatir, takut,
sedih, sesal, dan lain sebagainya tentang apa yang belum terjadi.
Ternyata satu-satunya cara dalam
mengobati overthinking adalah dengan mempercayakan semuanya kepada Allah.
Semua. Ya, Semua. Karena kita harus menyadari bahwa Allah adalah pengatur segala
urusan di jagad raya. Mengatur sebegitu luas saja Allah tidak merasa lelah dan
berat sedikitpun, apalagi mengatur dan menyelesaikan problematika anak manusia
yang tidak ada apa-apanya seperti kita, kan?. Bukankah itu sangat gampang bagi
Allah?. Ingatkah kita bagaimana Allah menjadikan istri dari Nabi Zakaria dan
Nabi Ibrahim mengandung, padahal keduanya sudah sepuh? Ingatkah kita Allah lah
yang telah menjadikan kemenangan bagi kaum muslimin ketika perang badar padahal
jumlahnya sangat amat sedikit?. Yakinkan bahwa tidak ada yang mustahil dan
sulit bagi Allah. Termasuk masalah masa depan kita sekalipun, yakinkan bahwa
Allah adalah sebaik-baiknya perencana dan pengatur hidup kita. All is well with Allah, karena Allah
adalah Maha pengasih, Maha penyayang, Maha berkehendak, Maha berkuasa, Maha
memudahkan, Maha membuat mungkin segala sesuatu, dan Maha baik. Nah,
mempercayakan segala hal dalam hidup hanya kepada Allah akan membuat hati kita
menjadi tenang, sehingga kita bisa dengan nyaman untuk berikhtiar dan tidak
akan berprasangka buruk pada takdirNya ketika roda kehidupan kita sedang berada
di bawah.
Poin keempat: 24 jam untuk Allah. Ini
serius, kita bukanlah tidak sengaja untuk diciptakan tanpa maksud apapun,
apalagi cuma buat haha hihi di dunia.
Kita diciptakan bersama jin tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk beribadah
kepada Allah. Makna beribadah tidak terbatas pada ibadah secara ritual saja,
tetapi juga meniatkan seluruh aktivitas sehari-hari kita untuk beribadah.
Sepanjang hidup, memang Allah titipkan pada kita rezeki berupa harta, jabatan,
dan hal-hal menyenangkan lain, tapi semua itu cuma TITIPAN, yang Allah sengaja
pinjamkan pada kita sebagai modal untuk dapat pahala dan keberkahan sebagai
bekal pulang. Ada sebuah ceramah yang menurut saya sangat menyentuh tentang hal
ini. Jadi, dalam sehari Allah menyuruh kita sholat lima waktu, menghadap
kepadaNya, itu sebenarnya adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita
untuk meminta tolong kepadaNya atas semua permasalahan hidup kita. Sebab, dalam
sholat sekalipun kita bisa mengadu tentang permasalahan kita, misalnya ketika
sujud dan sebelum salam. Allah berjanji akan segera menyelesaikan masalah kita
itu dengan syarat: sebelum sholat, kita niatkan seluruh aktivitas hidup kita
(makan, minum, mandi, tidur, belajar, bekerja, dan lainnya) hanya untuk
beribadah saja (dengan membaca doa sebelum melakukan itu) dan kita membaca
Al-Fatihah dengan benar ketika sholat itu. Coba bayangkan ketika kita berhasil
melakukan hal ini. Selain bisa panen pahala setiap hari, hidup kita juga akan
tenang karena tidak mengejar dunia yang bagaikan bayangan, yang semakin dikejar
malah semakin dijauhkan tapi ketika kita berbalik malah akan semakin diikutkan.
Semoga kita selalu ingat bahwa ketika kita mengejar akhirat, maka dunia akan
Allah buat hina dan mengikuti kemanapun kita pergi. Satu tambahan lagi, kenapa
sih nggak nanti-nanti aja kalau udah tua? Nope
dude, pernah nggak sih dalam hidup kalian, ada temen atau senior yang tiba-tiba
meninggal dunia padahal tidak punya riwayat sakit parah sebelumnya?. Ajal kita
memang nggak ada yang tahu dan hidup di dunia seharusnya tak sesantai itu.
Poin kelima: Bermimpi/bertujuan hanya untuk
Allah. Apakah kalian punya mimpi? Apakah kalian punya cita-cita?.
Jangan bilang tidak, karena setiap manusia harus punya. Dan bermimpi ternyata
bukan sekadar mengingkan, menuliskan, memohonkan, dan mengikhtiarkannya saja.
Ada orang yang pengen jadi dokter agar bisa menyembuhkan orang sakit, ada yang
pengen jadi dosen agar bisa mengajari orang sepotong ilmu, dan ada juga yang
pengen kuliah di luar negeri biar lebih pintar dan mengenal lebih banyak orang.
Pertanyaanya, kalau orang itu sudah sembuh, sudah pintar, dan sudah kenal lalu kita
mau apalagi? Kalau suatu hari kita sedang malas mengobati/mengajari/bekerja/belajar
bagaimana?
Tentu tidak berhenti sampai di situ saja
motivasinya. Ternyata motivasi terbaik dalam bermimpi atau memasang suatu
tujuan adalah Allah. Niatkan mimpi kita sebagai ladang kita untuk beribadah
kepada Allah, karena seperti yang dituliskan tadi, hidup kita itu ada ya memang
hanya untuk beribadah. Adapun selain itu, Allah menugaskan kita menjadi
khalifah yang mampu menebar kebermanfaatan bagi sesama dan semesta. Allah
menyuruh kita agar sukses, biar bisa menolong lebih banyak orang dan memfasilitasi
kepentingan ibadah kita. Dengan demikian, jika kita meniatkan mimpi atau tujuan
itu hanya karena Allah semata, Allah akan senantiasa memudahkan ketika sedang
sulit, Allah buat mungkin ketika ada yang terlihat mustahil, Allah kasih kita
petunjuk kemana nanti harus melangkah, Allah jaga agar prosesnya senantiasa
berkah, dan Allah lindungi dari hal-hal buruk.
Jika mimpi/tujuan kita itu karena Allah, maka kita tidak akan pernah merasa
sia-sia atas apa yang selama ini kita lakukan dalam hidup. Karena didalamnya
akan selalu ada ketenangan, keberkahan, pahala, dan kebaikan.
Poin keenam: Solusi dari setiap masalah cuma
satu. Apakah kalian punya suatu masalah yang sangat susah dicarikan
solusinya atau yang tak pernah kunjung selesai padahal sudah bertahun-tahun?.
Tidak usah berlelah-lelah mencari solusinya lagi, karena sebenarnya jawabannya
sangat dekat. Apapun masalah kita, sebesar dan seberat apapun itu solusinya
adalah dengan meningkatkan takwa. Logikanya adalah masalah datang dari Allah
untuk menguji kita, Allah pun adalah pemilik segala solusi dan kemudahan di
dunia ini. Maka, yang harus kita lakukan adalah mendekat dan semakin mendekat
padaNya, dengan meningkatkan takwa. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ayyub
ketika diuji dengan penyakit yang sangat parah, semua keturunan yang wafat, dan
harta benda yang habis. Yang Nabi Ayyub lakukan bukan hanya bersabar, tetapi
juga meningkatkan ketakwaanNya dua kali lipat, sehingga Allah cepat kabulkan
doanya. Kita harus selalu ingat bahwa Allah pernah berjanji bahwa jika seorang
hamba meningkatkan ketakwaannya dan beribadah dengan benar, maka akan Dia
datangkan solusi dari setiap masalahnya dan rezeki dari arah yang tak disangka.
Polima ketujuh: Nyinyir hanya akan merugikan diri
sendiri. Apakah kita termasuk orang yang sering nyinyir atau bahkan
sering dinyinyiri?. Semoga tidak keduanya ya sobat. Karena dinyinyiri itu
rasanya sangat tidak enak, ya seperti didzolimi tapi tidak secara fisik. Tapi,
kalau menjadi orang yang suka nyinyir, akibatnya lebih fatal lagi. Ada satu
kisah di zaman Rasul yang bisa menampar orang yang sering nyinyir. Jadi, dulu
ada seorang wanita yang rajin beribadah tetapi Rasulullah berkata bahwa ia
tidak akan bisa masuk surga. Sebab ternyata wanita itu suka nyinyir, menghina,
mencaci, menggosip, dan menyakiti hati tetangganya. Orang yang suka nyinyir
rupanya akan diambil darinya pahala kebaikannya kemudian diberikan pada orang
yang ia nyinyiri. Jika pahala orang nyinyir sudah habis, maka giliran dosa
orang yang dinyinyiri tersebut yang akan berpindah kepada si suka nyinyir.
Selain itu, orang yang suka nyinyir, di neraka kelak akan dipaksa makan bangkai
yang mirip dengan orang yang ia nyiyiri selama di dunia, padahal tentu saja dia
tidak suka. Begitulah, semoga kita bukan termasuk orang yang gemar nyinyir.
Kepada orang lain, jika kita tak bisa memberi semangat atau sekadar mengatakan hal-hal
baik, bukanlah diam jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan nyinyir?
Masa Quarter Life Crisis ini akan terus
berlanjut entah sampai kapan. Meski terkadang sulit, tapi Allah nyatanya selalu
titipkan berbagai kemudahan dan pelajaran berharga tentang bagaimana menjalani
hidup dengan benar di masa depan nanti. Kadang begitulah, masa sulit justru
membuat manusia mengenal kehidupan dan penciptanya. Kalau udah gini, suatu saat
nanti ketika sukses, semoga tidak lupa perbanyak syukur dan tetap tidak lelah
untuk terus berusaha dekat denganNya. Terkadang pun, ilmu yang sudah ditulis
saja masih sering lupa. Semoga Allah senantiasa limpahkan ampunan dan hidayah
agar tetap mampu memahami dan mengamalkan pelajaran-pelajaran hidup yang sudah
didapatkan biar happy ending di
surgaNya nanti.
Sekian apa yang bisa saya sampaikan pada
postingan edisi special kali ini. Semua pelajaran berharga itu tentu saja
bukanlah karangan saya sendiri. Alhamdulillah saya dapatkan dari berbagai
sumber yang insya Allah teruji kebenaranya dan dapat dipercaya. Mohon maaf
karena tidak mencantumkan sumber referensi lengkapnya karena saya tidak hafal
sedetail itu. Saya juga mohon maaf jika ada kurangnya sana-sini. See you…
Hon Nurizza
Komentar
Posting Komentar