Pada
kesempatan yang berbahagia kali ini, saya akan menceritakan sedikit pengalaman
saya ketika mengikuti TPA Bappenas (Tes Potensi Akademik yang diselenggarakan
oleh Bappenas, suatu badan resmi di Indonesia yang dapat mengeluarkan
sertifikasi resmi untuk TPA). Sertifikat resmi TPA dari Bappenas ini dapat
digunakan untuk melengkapi persyaratan ketika akan melamar pekerjaan ataupun mendaftar S2/S3 dalam negeri. Keunggulan sertifikat resmi TPA dari Bappenas
adalah berlaku secara nasional di mana saja, berbeda dengan sertifikat TPA yang
dikeluarkan oleh suatu kampus atau lembaga lain. Sama seperti sertifikat TOEFL
ITP, sertifikat TPA Bappenas ini hanya berlaku dua tahun saja. Sekedar info
tambahan, buat yang belum tahu, sertifikat TOEFL ITP dan TPA Bappenas ini nggak
mengenal adanya legalisir. So, kalau buat dilampirkan sebagai persyaratan,
biasanya cukup fotocopynya saja.
Saya mengikuti tes TPA pada akhir
Februari 2019 lalu, bertempat di UPT Bahasa UNS. Biaya yang dikenakan sebesar 550.000
rupiah. Dan yah entah rezeki saya atau bagaimana, tarifnya memang baru saja
naik dan tarif itu baru berlaku bulan Februari. Untuk mengecek jadwal sekaligus
tempat tes TPA Bappenas di seluruh Indonesia, kalian bisa cek di website
koperasi.bappenas.go.id, lalu search aja untuk jadwal ujian TPA tiap bulan
selama setahun. Nah, setelah menemukan jadwal yang sesuai dengan situasi dan
kondisi kalian, langsung aja daftar ke institusi tempat kalian tes. Kalau di
UPT Bahasa UNS, kalian bisa cek di lamannya p2b.uns.ac.id., lalu cari info
mengenai tes TPA. Dari situ, kalian bakal diarahkan untuk daftar ke nomor WA
yang tertera. Adminnya sangat fast respon lho. Setelah daftar, kalian wajib
transfer biaya tes sekaligus mempersiapkan formulir pendaftaran yang dilengkapi
foto. Mudah kan daftarnya?.
Masalahnya disini adalah bagaimana cara
belajar TPA yang baik. Berbeda dengan TOEFL yang materi dan latihan soalnya
bisa kalian dapatkan dengan mudah di internet, mencari soal tes TPA Bappenas
dengan berselancar tak segampang itu. Dengan kata lain, emang NGGAK ADA!. Ya,
saya memang menemukan softfile yang “katanya” adalah soal TPA Bappenas tahun
2014, tapi saya pun tak tahu itu beneran soal asli atau tidak. Tapi, setidaknya
lumayan lah buat belajar.
Beli buku latihan soal-soal TPA di toko
buku? Haha, tak segampang itu, permirsah! Memang di toko buku, akan sangat
banyak kalian temui buku-buku latihan soal TPA dengan berbagai variasi harga
dan ketebalan. Dari mulai yang 60 ribu, 90 ribu, hingga 150 ribu dan dari yang
kecil seperti kamus sampai yang segede gaban memang ada. Tapi, berdasarkan
pengalaman orang-orang yang telah melalui tes TPA Bappenas dan menceritakannya
di blog, soal-soal latihan di semua buku itu terlalu gampang, tes Tes TPA yang
asli soalnya jauh lebih sulit dari itu. Ya, dan sayangnya saya juga mengatakan
hal yang sama persis. Soal TPA Bappenas yang asli memang sangat lebih sulit
jika dibandingkan dengan latihan soal di buku-buku itu. Ibarat kata, kalau soal
di latihan buku itu level 1, rumusnya masih kalian pelajari waktu sekolah atau
bisa dilogika, dan terbilang sederhana, real test TPA itu soalnya level 2 dan 3
bahkan lebih, rumusnya (mungkin) kalian pelajari kalau kalian masuk di jurusan
matematika murni atau ikut bimbel khusus TPA (mungkin), dan terbilang kompleks
meski soalnya pendek. Kalau dipikir-pikir kenapa ini bisa terjadi? Jawabannya
adalah karena Bappenas memang menjaga kerahasiaan soal-soalnya. Soal-soalnya
yang sulit memang dibuat sedemikian rupa untuk mengukur tingkat intelegensi
seseorang. Kalau kata buku yang saya pelajari sih, soal TPA Bappenas itu
sebenarnya adalah tes psikologi untuk mengukur tingkat kecerdasan verbal, numeric,
dan penalaran seseorang. Dan tips dari buku itu yang sepertinya belum sepenuhnya
mampu saya aplikasikan adalah jangan kerjakan soal numerik sampai selesai, tapi
gunakan cara cerdas dan cepat untuk menyelesaikannya. Well, sebuah tips yang
brilian memang, tapi butuh latihan dalam waktu yang nggak sebentar dan
kecocokan materi yang dipelajari dengan tes yang keluar. One doesn’t simply
dari belajar tes TPA ini adalah kita nggak tahu persis materi apa yang harus
kita pelajari lalu ketika kita memutuskan untuk mempelajarinya, kita harus
belajar sampai ke tingkat setinggi-tingginya. Sebuah pengecualian atas hal
tersebut hanya berlaku bagi mereka yang jenius!.
Nah, kali ini saya akan membagikan tips dan
trik sederhana mengenai persiapan akan tes dan ketika tes berlangsung. Pertama,
jika kalian datang dari luar kota, pastikan kalian menginap. Saya sangat tidak
menyarankan kalian untuk menempuh perjalanan jauh sebelum tes, karena kalian
ketika kalian mengerjakan tes nanti, kalian akan digempur dengan 250 soal sulit
yang akan kalian hadapi selama tiga jam lamanya. Jadi, kalian memang harus fit,
tenang, kenyang, dan siap secara mental. Ya, pastikan kalian tenang, karena
soal-soal yang sulit tidak akan mampu kalian pecahkan kalau kalian grogi atau panik.
Kalau boleh jujur, saya termasuk orang yang gampang panik, tapi anehnya ketika
akan tes, saya justru tenang. Dan ternyata alasan semua itu terjadi adalah
soal-soalnya yang sulitnyadi luar ekspetasi saya. Walhamdulillah.
Saran saya, jangan datang ke tempat tes
tepat waktu. Datanglah sebelum waktunya. Hal ini akan banyak menguntungkan kalian.
Pertama, nomor urut kursi ditentukan oleh kartu yang kalian ambil ketika akan masuk ke ruang tes. Kalau kalian datang
duluan dan masuk ruang duluan, kalian bakalan dapet kursi yang di depan atau di
pojok dekat dinding, yang notabene tempat favorit saya untuk tes karena nggak
kena udara AC yang super dingin. Waktu saya tes, ada peserta yang minta untuk
mengecilkan AC, tapi ditolak petugas dengan alasan ruangan yang banyak penghuninya
ini bisa sumpek kalau ACnya dikecilkan. Eits, bukan berarti petugasnya gak baik
lho ya. Menurut saya alasannya masuk akal kok. Toh, sesaat sebelum tes, peserta
itu juga diminta pindah tempat duduk (saya kurang tahu dimana) kalau dia masih
kedinginan. Tapi kan ya, daripada kita repot-repor pindah tempat duduk lah,
kedinginan lah, mending kita pakai strategi. Pilih baju yang menghangatkan dan
usahakan dapat tempat duduk yang jauh dari AC, kalau kalian memang tidak tahan
dingin. Hal kedua yang kamu dapatkan
kalau dateng duluan adalah kamu punya banyak waktu untuk menenangkan diri dan
berdoa sebelum bertarung dengan 250 pasukan soal yang ganas.
Tips selanjutnya dari saya adalah
usahakan kalian buang air kecil sebelum tes dan jangan terlalu banyak minum
air. Sebab, ketika tes berlangsung selama tiga jam, kalian sama sekali tidak
diperbolehkan untuk meninggalkan ruang. Kalau kalian kekeuh untuk meninggalkan
ruang, kalian bakal dianggap sudah menyelesaikan tes kalian saat itu juga. Tapi,
ada pengecualian bagi mereka yang sedang sakit. Petugas akan memberi keringanan
bagi yang sakit untuk izin ke kamar mandi di setiap sesi. Baiknya petugasnya
lagi, petugas juga menyedikan tisu bagi kalian yang tangannya mudah basah oleh
keringat. Sebab, lembar jawaban computer harus dijaga agar tetap bersih.
Ada tiga sesi soal tes TPA Bappenas.
Sesi pertama adalah tes verbal, yang terdiri dari soal padanan, sinonim, antonim,
analogi, dan bacaan panjang (sepanjang sehalaman lebih) dengan total 90 soal.
Waktu pengerjaan yang diberikan adalah satu jam, sama untuk masing-masing sesi.
Nah ini yang baru saja saya tahu ketika tes. Kalau di buku latihan saya,
disebutkan waktunya berbeda tiap sesi, ternyata sekarang dibuat rata sejam semua.
Soal di lembar pertama terbilang sulit untuk membuat kalian down. Tapi tenang,
begitu masuk lembar berikutnya, soalnya tak akan sesulit itu. Tipsnya
banyak-banyak baca kumpulan kata sinonim dan antonym di internet dan buku-buku.
Kalau bisa jangan Cuma menghafal, tapi juga paham artinya (bisa dicari di kbbi
online). Ketika mengerjakan soal dengan bacaan panjang, jangan panic aja sih
sama tetep tenang, konsentrasi, dan teliti (sama ketika kalian ngerjain reading
di TOEFL, jawabannya sebenarnya ada dibacaan). Kalau kalian bener2 nggak tahu
jawabannya, berpikir cepat dan pilih sesuai hati nurani saja, karena tidak ada
pengurangan di soal yang salah.
Masuk ke sesi ke dua, kalian bakal
dihadapkan dengan 100 soal numeric. Menurut saya, ini adalah bagian tersulit
dari tes TPA. Saking sulitnya, saya sampai haus dan sedikit “ngambang badan
saya”. Nah, Alhamdulillah waktu itu saya bawa air putih dan petugas juga
mengizinkan peserta untuk minum. Selain itu, kalian juga harus siap sedia
rautan ya, karena kerja pensil kalian disini bakal ekstra. Seperti apa
sulitnya? Selain yang sudah saya jelaskan diawal, saya Cuma bisa kasih tips
untuk tetap tenang dan kerjakan soal demi soal sebisa kalian. Kalau nggak bisa,
jangan ragu untuk “ngawur”, sambil berdoa semoga kalian beruntung. Kalau boleh
jujur, saya temasuk cukup pede sebelum tes untuk mengerjakan tes numeric ini
karena memang sudah belajar semua soal di buku, tips singkatnya, hingga
ngehafalin beberapa rumus penting. Tapi, ketika tes berlangsung, soal-soal yang
sulit itu ternyata menyita waktu sejam saya, sampai ada bagian soal yang belum
sempat tersentuh sama sekali. Waktu itu saya Cuma bisa pasrah sambil berdoa
meminta yang terbaik dan semoga saya beruntung untuk tidak mengulang tes ini
lagi, karena biayanya yang menurut saya mahal. Sebuah tips tambahan dari buku
latihan soal saya yang mungkin berguna untuk menenangkan kalian ketika panic adalah
jangan berpikir untuk menyelesaikan semua soal TPA, karena soal TPA tidak
didesain untuk diselesaikan semua seperti soal ujian di sekolah kalian itu.
Kalau kalian tidak bisa itu wajar. Terpenting adalah fokuslah ke soal yang
kalian bisa. Ketika waktu akan habis, usahakan untuk mengisi semua LJK, jangan
biarkan ada soal yang tak terjawab.
Masuk ke sub tes yang terakhir, yaitu
tes penalaran, kalian akan dihadapkan dengan soal-soal logika, soal cerita
kombinasi/urutan, dan tes gambar-gambar. Yang bikin agak surprise disini adalah
tes gambar, karena cukup berbeda dengan yang saya temui di buku latihan.
Tipsnya sih kalian harus fokus, telaten, dan berpikir cepat untuk menentukan
gambar mana yang benar dan sedang ditanyakan. At least sub ketiga tidak membuat
frustrasi separah di sub test kedua.
Oke, selesai sudah bahasan kita mengenai
bagaimana rasanya ikut tes TPA Bappenas yang membuat saya merasa serba salah
karena hingga selesai tes pun saya ngga bisa menyarankan tips belajar
terefektif agar sukses mengerjakan soal. Intinya, kalian boleh belajar lewat
latihan soal dari buku-buku yang dijual di toko buku itu. Tapi, jangan terpaku
hanya pada itu saja dan jangan terlena dengan skor tinggi yang kalian dapat
dari hasil mengerjakan simulasi tes TPA di buku itu. Akhirnya, walau
bagaimanapun usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Kalau sudah bertarung
dengan soal sampai akhir dan dibantu oleh doa, tugas kita adalah bertawakal.
Hasil adalah sepenuhnya ranah yang Maha Kuasa. Sekian apa yang bisa saya
bagikan kali ini. Tetap semangat dan berjuanglah sampai akhir dari segala akhir
untuk menyelesaikan tes TPA Bappenas! Semoga mendapat hasil yang terbaik! See
you!
Hon Nurizza
kak, apakah lembar soal tes (terutama tes numerik) boleh dicoret²?
BalasHapus