Sepotong Pemahaman tentang Quarter Life Crisis




           Pada kesempatan kali ini, saya ingin bercerita sedikit tentang fenomena Quarter Life Crisis. Kalau kalian berada di usia yang tanggung disebut dewasa, tetapi sudah tidak pantas disebut sebagai remaja, kemungkinan besar kalian juga sedang mengalami fase ini. Kalau kalian beberapa kali pernah menyesali keputusan yang kalian ambil, sering merasa bosan dengan hidup kalian yang kalian pikir lamban, dan juga mengkhawatirkan masa depan, maka positively, kalian sedang berada di zona hidup yang bernamakan Quarter Life Crisis.

            Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan fase Quarter Life Crisis. Mengalami fase khawatir, bosan, dan menyesal di usia awal duapuluhan itu justru hal yang wajar. Sebab, hal itu menunjukkan bahwa kita memiliki rasa tanggungjawab atas hidup kita. Mungkin Quarter Life Crisis diciptakan oleh Allah SWT agar kita sebagai manusia yang (mulai) dewasa, bisa belajar untuk menjadi khalifah sejati di muka bumi. Seperti yang kita tahu, khalifah memiliki arti pengganti, dan para pengganti haruslah selalu lebih baik dari yang diganti. Oleh karena itu, perasaan khawatir, bosan “hidup”, dan menyesal adalah sarana pembelajaran hidup yang akan menjadikan kita umat manusia terbaik yang mampu menebar manfaat sesama dan alam semesta di masa depan nanti.

            Fase Quarter Life Crisis kebanyakan dialami oleh mereka yang baru lulus kuliah, lalu harus menentukan arah kemana selanjutnya kehidupan mereka akan berlanjut di tengah banyaknya pilihan yang ada. Meskipun sering terjadi di usia 20an, ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Quarter Life Crisis dapat terjadi ketika seorang lulus SMA, dan harus menentukan pilihannya untuk bekerja atau kuliah.

            Ada beberapa potong pemahaman tentang Quarter Life Crisis yang kini sudah saya kumpulkan dan simpan di pikiran. Saya yakin di luar saya pasti ada banyak sekali pemahaman baik yang belum saya temui. Tapi, biarlah pada kesempatan kali ini saya tuliskan apa yang sudah saya temuan. Biar menjadi pengingat di kala lupa, biar menjadi penyemangat di kala lelah bercampur gelisah yang bisa mendera kapan saja, dan biar pula menjadi sarana berbagi pada sesama insan yang sedang berjuang menuju takdirnya.

            Hal pertama yang saya temukan adalah kita harus memiliki tujuan yang berorientasi jangka panjang. Lupakan soal ikut-ikutan teman, atau hal yang sedang viral atau bersifat general untuk dilakukan. Sebelum memutuskan melangkah, kita harus tahu benar tempat apa yang ingin kita tuju. Motivasinya harus berasal dari diri kita sendiri, apa yang kita sukai, dan apa yang ingin kita berikan dengan memiliki hal itu. Agar kelak, jika perjalanan panjang itu terasa melelahkan dan kita belum juga sampai, kita tak gampang menyerah, berbalik arah, atau bahkan menyalahkan orang lain. Kau tentu saja tahu bahwa sebaik-baiknya tempat tujuan bukanlah dunia. Dan kalau demikian, ternyata cita-cita kita bukanlah sebaik-baik tempat tujuan itu. Cita-cita kita ternyata hanyalah alat menuju kesana. Nah, biar kita dapat sampai ke sebaik-baiknya tujuan hidup, pastikan cita-cita kita cukup baik dan mulia untuk mengantar kita kesana, pastikan niat dan prosesnya ditempuh dengan tulus dan lurus, dan pastikan cita-cita itu mampu memberikan aliran kebaikan bagi kita bahkan setelah kita mati. Ya, itulah yang disebut cita-cita jangka panjang, yang menempatkan surga sebagai sebaik-baiknya garis final.

            Hal kedua yang perlu diketahui adalah setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup pasti mengajarkan sesuatu kepada kita. Entah itu momen bahagia atau duka, keberhasilan atau kegagalan, kemalangan ataupun keberuntungan, pasti ada hikmah yang dapat kita pelajari di sana. Mungkin pada suatu waktu kita telah dimudahkan olehNya meraih satu keinginan kita, sementara orang lain mungkin saja merasa pencapaian kita saat itu hanyalah mimpi baginya. Tapi, di lain waktu, boleh jadi keadaanya jadi terbalik. Orang lain itu mungkin saja akan mencapai suatu hal lebih dulu dibandingkan kita, padahal kita juga telah bekerja sama kerasnya dan berdoa sama tulusnya di hadapan Tuhan. Hidup memang seperti itu, sangat adil, walaupun keadilan itu bisa jadi tak nampak atau terlambat kita sadari. Maka, cara terbaiknya adalah jangan terlalu berbangga atau berendah diri pada momen apapun yang menghampiri hidup. Karena jika kita berhasil, Allah sedang menyuruh kita untuk bersyukur dan berbagi, tetapi jika kita gagal, Allah sedang menyuruh kita untuk tahu diri dan memperbaiki diri. Jadi, hidup memang adalah soal belajar dan belajar, karena fitrah manusia yang suka lupa lagi lalai.

            Hal ketiga yang akan tersampaikan adalah bersegera melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba, sebelum memohon disegerakan pinta kita untuk terkabul. Bukankah ketika kita sedang memperbaiki sholat, berarti kita sedang memperbaiki hidup?. Bukankah segala amalan yang kita perbuat, manfaatnya akan kembali ke diri kita sendiri? Dan ternyata dosa yang kita lakukan dapat menjadi penghalang terkabulnya doa-doa. Jika demikian, meskipun kita berusaha sekuat tenaga, segalanya akan berakhir percuma jika kita masih punya dosa yang belum disesali dan dimohon ampunkan. Jelas sudah sekarang, terbukti benar firmanNya yang mengisyaratkan bahwa jika kita menginginkan kehidupan dunia saja, maka kita hanya akan mendapat bagian kita lalu merugi, tetapi jika kita mengingkan kehidupan akhirat, maka dunia akan mengikuti dan kita termasuk orang yang beruntung. YOLO (You Only Live Once), justru karena hidup hanya sekali, kita tidak boleh salah dalam menentukan arah hingga terjerumus dalam akhir yang buruk, bukan?.

            Hal keempat yang harus dilakukan adalah selalu berbuat kebaikan. Karena berbuat baik kepada orang lain dan senantiasa meringankan beban sesama ternyata adalah kunci diberikannya kemudahan bagi permasalahan hidup kita. Orang lain yang datang dengan masalahnya ketika kita sedang sibuk dengan masalah kita sendiri, boleh jadi Allah yang kirimkan agar kita menemukan solusi masalah kita sendiri, dengan perantara membantu masalah orang lain tersebut. Agak membingungkan memang. Tetapi itulah cara kerja Tuhan dan semesta ciptaannya, yang tak jarang berlawanan dengan akal pikir manusia. Tapi sayangnya, menjadi orang baik tak selamanya mudah. Ada kalanya iman kita turun, hati kita keras, pikiran kita penuh dengan kegelisahan, sehingga sulit bagi kita untuk sedikit saja berpikir tentang orang lain. Jika demikian keadaanya, maka kita harus bersegera memohon hidayah kepadaNya. Karena hidayah yang hinggap di hati seorang hamba, tak hanya akan membuatnya bersegera melakukan kebaikan, tetapi juga akan memudahkan segala urusan yang hamba itu sedang hadapi. Dan kabar baiknya, hidayah itu letaknya sangat dekat. Adalah Allah, Rasulullah, dan Al-Qur’anul Karim-lah tempat terbaik untuk mendapatkannya.

              Hal kelima dari poin-poin pemahaman tentang Quarter Life Crisis ini adalah ternyata cara terbaik menjelaskan pilihan hidup kita ke orang lain adalah dengan membuktikan bahwa kita mampu mewujudkannya. Dalam hidup, bukanlah akan selalu ada mulut-mulut jahil yang mempertanyakan keputusan hidup yang kita ambil? Bukanlah akan selalu ada mulut-mulut manis yang ternyata masam hatinya mengatakan kepada kita untuk segera ini dan itu dan untuk seharusnya melakukan hal ini dan hal itu? Bukankan akan selalu ada mereka yang menganggap kita remeh, merendahkan kita, terang-terangan memaki, atau bahkan yang memuji tetapi ujung-ujungnya membuat kesabaran kita diuji? Ya, akan selalu ada mereka yang seperti itu sepanjang hidup kita. Kadang kita ingin mengeluarkan pembelaan-pembelaan dan menjelaskan secara gambalang keputusan hidup yang kita pilih. Tetapi itu bukanlah cara terbaik untuk membuat mereka mengerti. Dan cara terbaiknya adalah dengan membuktikan bahwa kita mampu meraih impian kita dan hidup bahagia bersama impian itu. Talk less, do more, memang kita harus sukses tanpa harus melewati prosesnya dengan berkoar-koar menjelaskan apapun tentang diri kita. Sementara ini, cukup tutup kuping, senyumin aja, dan tetaplah yakin Allah pasti akan menolong kita menuju arah hidup yang kita inginkan.    

            Hal terakhir yang terbilang singkat untuk dituliskan adalah memiliki support system yang baik ternyata dapat sangat membantu menghadapi Quarter Life Crisis. Punya orang tua yang pengertian, bijak, selalu menasihati adalah keberuntungan yang patut disyukuri. Memiliki lingkaran pertemanan yang juga sedang melewati tahap ini, dimana kalian bisa saling dukung dan memberi semangat tanpa adanya persaingan dan sikap saling menjatuhkan juga merupakan anugerah lain yang diberi Tuhan sebagai bekal kamu melewati fase kritis ini. Pun, jika ada orang lain lagi selain mereka, jangan pernah kamu sia-siakan setelah sukses nanti.

            Sekian apa yang bisa saya tuliskan di kesempatan kali ini. Sekali lagi, saya yakin masih banyak pemahaman tentang cara menghadari Quarter Life Crisis yang belum saya tuliskan disini. Mungkin ada yang lupa, ada pula yang belum saya temukan. Hari ini, rehat saya dengan bersenang-senang di blog ini sudah selesai. Sekarang, saya harus kembali berjalan, atau bahkan berlari, agar cepat sampai ke anak tangga berikutnya menuju ke tempat yang saya inginkan. Doakan saya cepat sampai, ya! Aamiin.







Hon Nurizza

Komentar