Halo
readers, jumpa lagi dengan saya di postingan yang insyaAllah berfaedah kali ini. Yap, akhirnya saya menemukan bahan baru untuk
dibahas di blog saya yang hampir usang ini berkat mengikuti sebuah training.
Daripada galau mikirin pacar, yuk mending kita PCR. Pacarannya nanti saja kalau
sudah halal. Sekarang kita bahas dulu mengenai metode PCR, tepatnya q-PCR untuk
uji halal pada produk makanan.
Bicara
tentang PCR, kalian tahu kan kepanjangannya? Yap, PCR adalah kepanjangan dari
Polymerase Chain Reaction, suatu metode yang banyak digunakan di bidang biologi
molekuler berupa teknologi untuk mengamplifikasi DNA secara in vitro. Memang
banyak sekali aplikasi biologi molekuler yang menggunakan metode ini. Misal,
ketika saya magang dan praktik kerja lapangan dulu, teknik ini bisa digunakan
dalam metode RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) untuk mengetahui keragaman
genetik suatu populasi atau juga bisa digunakan dalam analisis homozigositas
tanaman transgenik beberapa generasi. Nah, itu kalau kita bicara tentang PCR
biasa atau PCR konvensional. Gimana kalau Real Time-PCR atau q-PCR?
Jadi,
kemarin saya berkesempatan untuk menjadi salah satu peserta training qPCR yang diadakan oleh Pusat Riset Pengembangan
Produk Halal UNAIR yang bekerjasama dengan Gene Craft Labs, suatu perusahaan
distributor alat dan bahan penelitian biologi molekuler. Kalau boleh jujur,
training ini worth-it banget, karena biaya registrasinya tergolong murah, yakni
hanya 100 ribu saja. Jarang dong training di bidang biologi molekuler dengan
harga segitu! Biasanya sih ratusan ribu bahkan bisa sampai jutaan. Ya, meskipun
memang training yang saya ikuti tersebut hanya berlangsung sehari. Training
kali ini difokuskan pada deteksi DNA babi pada beberapa sampel makanan, seperti
daging, bakso, dan sosis dengan metode qPCR alias Real Time PCR. Kenapa kok
harus qPCR? Karena eh karena, qPCR memiliki sensitifitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan PCR biasa. Bahkan, qPCR mampu mendeteksi DNA babi yang
jumlahnya biasanya hanya 1-2 kopi saja di sampel makanan. Bagi yang belum paham
benar apa itu qPCR, definisinya adalah suatu metode pengembangan dari PCR yang
mampu menghitung jumlah DNA target yang ada pada suatu sampel. Kalau PCR biasa
membutuhkan proses lanjutan berupa elektroforesis untuk mengetahui hasilnya,
qPCR tidak. Pembacaan hasil diperoleh dari membaca kurva. Tetapi, sebelum itu, sama seperti PCR biasa,
sampel yang akan di-qPCR harus diekstraksi DNA-nya terlebih dahulu. Nah di
postingan kali ini, kita hanya akan membahas cara ekstraksi dari suatu daging
ya?. Ceritanya kita nggak tahu nih daging itu daging apa dan ada kemungkinan
itu daging babi. FYI, tentu saja cara ektraksi itu berbeda-beda tergantung
sampelnya, meskipun sebenarnya prinsipnya sama.
Cara
mengekstraksi DNA daging ada dua, yaitu dengan cara manual dan dengan kit.
Kalau pakai kit, biasanya hasilnya lebih baik dan cepat, tapi tentu saja
harganya lebih mahal. Kali ini kita akan bahas pakai metode manual. Pertama,
sebanyak 25 mg daging dimasukkan ke dalam microtube 2 ml lalu dimasukkan
bead/gotri. Kemudian, ditambahkan buffer ATL (suatu buffer lysis). Fungsinya
adalah untuk memisahkan sel-sel pada jaringan. Lalu, microtube dimasukkan ke
dalam suatu distractor agar sampel daging hancur dan bercampur dengan buffer
tersebut. Selain sampel, jangan lupa untuk membuat kontrol. Ada tiga buah
kontrol yang direkomendasikan untuk dibuat, yaitu kontrol positif (ada DNA
babi), kontrol negative (hanya air free-RNAase), dan kontrol ekstraksi (berisi
buffer ekstraksi dan air). Fungsi kontrol adalah untuk melihat apakah hasil
akhir yang kita dapatkan nanti akurat dan untuk mempermudah analisis. Oke,
setelah hancur, sampel ditambahkan dengan proteinase K, di-sheaker, dan
diinkubasi. Sudah pasti fungsinya untuk melisiskan protein pada sel, karena
kita hanya perlu DNA inti saja. Setelah itu, masukkan buffer AL dan
dihomogenkan. Buffer ini berfungsi untuk melisiskan sel, sehingga DNA dapat keluar.
Presipitasi DNA dilakukan dengan menambahkan etanol absolut dan dihomogenkan. FYI,
disini kita menggunakan microtube yang ada spin column-nya, jadi DNAnya akan
mengendap pada filter, sehingga supernatant dapat dibuang pada tahap ini dengan
lebih mudah. Spin column berisi filter DNA ditempatkan pada collection tube
baru untuk ditambahkan buffer AW1 dan dihomogenkan. Step selanjutnya masih sama
tapi menggunakan buffer AW2. Fungsi kedua buffer ini adalah untuk mencuci
debris yang masih nyangkut pada filter DNA agar DNA semakin murni. Selanjutnya,
DNA dilarutkan ke buffer AE dan dibiarkan 5 menit untuk melepasnya dari filter.
Metode ekstraksi daging, selesai sampai disini Yap, memang beginilah kalau
bicara tentang cara kerja genmol. Penuh step-step rinci. Hampir sama seperti
belajar memasak. Tapi seru :’). !. Kalau kita bicara sedikit tentang ekstraksi
yang menggunakan kit apalagi disertai alat otomatis, caranya lebih gampang.
Hanya tinggal memasukkan masing-masing reagen dan sampel pada tempatnya di
suatu alat modern, ditunggu beberapa waktu, dan voila! Sudah selesai.
Oke,
kita lanjut ya!. Sebelum masuk ke tahap qPCR, kita harus mengecek konsentrasi
dan kemurnian DNA pada sampel dengan nanospektrofotometer. Kemurnian yang baik
ada pada rentang 1.8-2.0 untuk DNA. Semakin besar konsentrasi, tentu saja
semakin banyak DNA yang berhasil diisolasi. Nah, setelah itu kita lanjut ke
tahap adjustment, dimana sampel DNA disamakan konsentrasinya menjadi 100
miligram dengan dilusi memakai air.
Tahap
selanjutnya adalah pencampuran master mix dengan sampel dan kontrol. Pertama,
siapkan lima tube PCR yang sudah diisi masing-masing 10 µl master mix.
Kemudian, pada tube kontrol ekstraksi, ditambahkan buffer ekstraksi 10 µl. Pada
tube sampel, ditambahkan sampel dan larutan dilusi (air) sebanyak yang telah
dihitung. Pada tube kontrol positif, ditambahkan 10 µl larutan DNA babi. Pada
tube kontrol negative, hanya berisi air dan master mix saja. All done? Setelah itu, bisa masuk ke mesin
qPCR. Waktu yang diperlukan adalah 82 menit dengan 45 siklus. FYI, umumnya PCR
punya tiga siklus, yaitu denaturasi double stranded DNA, annealing atau
penempelan primer (babi) pada sisi spesifik DNA, dan elongasi atau pemanjangan
primer dengan dNTP. Pada qPCR yang menggunakan probe, Probe hanya akan mengikat
sisi DNA yang spesifik saja. Probe ini berbentuk seperti primer tetapi berlabel
(F dan Q). Daerah antara kedua label akan mengalami elongasi dan akhirnya
berpendar. Pendaran inilah yang dihitung oleh mesin pada qPCR.
Gimana
cara analisisnya? Yaitu dengan bantuan kurva. Pertama, kita cek dulu kontrol
internalnya (yellow). Semua kurva yang ideal harus naik semua. Nilai Ct-untuk
kontrol internal yang bagus berkisar 28-32. Setelah itu, baru dilihat kurva
sampel atau target (green). Secara umum, kurva naik berarti positif, sedangkan
kurva mendatar berarti negative. Tetapi, kita harus melihat nilai Ct-nya juga.
Jika kurva telah naik melewati threshold, maka bisa dikatakan hasilnya positif.
Jika nilai Ct rendah, misal sekitar 22, maka konsentrasi DNA babi tergolong
tinggi, tetapi jika Ct-nya tinggi, semisal sekitar 33 atau lebih, maka bisa
dikatakan bahwa terjadi inhibit pada reaksi. Penentuan hasil akhirnya adalah
jika amplifikasi kontrol internal dan sampelnya positif, maka sampel positif
mengandung babi. Jika amplifikasi kontrol internal positif tetapi amplifikasi sampel negative, maka sampel
negative daging babi. Jika keduanya negative, maka proses qPCR gagal. Oh iya,
sebelum menganalisis, pastikan nilai Ct dari ketiga kontrol hasilnya masuk akal
dan tidak terkontaminasi.
Oke,
begitulah sekiranya metode dan analisis dari qPCR untuk mendeteksi adanya DNA
babi pada makanan. Panjang dan rumit memang, tetapi keren dan penting, kan?
Sebagai seorang muslim, kita sudah pasti harus aware dong dengan apapun yang
kita makan, sebab makanan yang buruk atau tidak halal nantinya juga akan
berpengaruh pada akhlak kita. You are what you eat, isn’t?.
Sekian
apa yang bisa saya bagikan di postingan kali ini. Ternyata diam saja tanpa
melakukan apapun tidak akan membawa kita untuk memperoleh sesuatu yang baru,
sebab hal baru tersebut hanya akan datang jika kita berani memutuskan, berani
memilih, dan berani keluar menghadapi apapun untuk meraihnya. Senang rasanya
bisa kembali memegang mikropipet dengan tangan yang memakai gloves biru ukuran
M. Senang rasanya bisa kembali berjalan di jalur kita pilih sendiri. Senang
rasanya bisa menuliskannya lagi disini. Terima kasih.
Hon Nurizza
Pembahasan menarik untuk saya yang dulu sering melakukan pcr tapi belum tau qpcr.
BalasHapusMungkin bisa ditambahkan kurva yang dibahas dan pengertian Ct.