Jangan berlebihan memikirkan dunia agaknya merupakan kalimat yang sangat cocok menggambarkan rasa kekecewaaan. Sebab, perasaan kecewa pastilah timbul dari yang namanya harapan. Dan harapan yang membuat kecewa selalulah ketika harapan itu ditambatkan kepada hati manusia. Bukankah hati manusia itu bersifat relatif? Ia sangat suka terbolak-balik, kadang baik, kadang pula buruk, sering objektif, tapi lebih sering subjektif. Sungguh riskan bukan menambatkan harapan pada hati manusia dalam aspek manapun? Pun, ketika kita hanya berharap pada angan-angan saja atau bahkan berharap pada diri sendiri. Sungguh diri sendiri jugalah manusia yang memiliki hati yang tidak sempurna dan suka lalai. Dan angan-angan yang liar hanya akan mendatangkan banyak keburukan disana. Lagi-lagi siapa yang menyuruh kita berharap ketika kita akhirnya akan kecewa? Tidak ada. Kita lah yang mungkin belum pandai dalam seni berharap. Dan memang benar bahwa Allahlah tempat berharap terbaik, yang tidak pernah mengecewakan, dan yang selalu memenuhi hati dengan ketenangan. Maka, kesimpulannya, urusan dunia tak perlulah terlalu dibawa perasaan. Tak apa jika kita tidak memiliki sesuatu yang orang lain miliki, yang penting kita punya Allah yang selalu di hati. Tak apa jika dalam beberapa hal ada yang tidak berjalan sesuai keinginan kita, yang penting Allah selalu ada untuk menyayangi, menjaga, dan memberikan yang terbaik bagi kita. Kadang perasaan kecewa terhadap makhluk memang akan membawa kita ke dasar jurang. Tapi di dalam jurang itu, kita akan bisa melihat dengan jernih manakah cahaya yang paling terang untuk kita menambatkan harapan. Dan kita akan memilih cahaya itu saja, dan mengabaikan yang lain, para cahaya samar, yang dulu pernah kita datangi namun justru menghilang pergi. Terjatuh, terdampar, tersesat, terpuruk, kadang justru membuat kita menemukan.
Hon Nurizza
Komentar
Posting Komentar