Banyak
yang menganalogikan hidup sebagai sebuah perjalanan. Jika perjalanan bukan
hanya soal berjalan atau berkendara saja, tapi juga soal menunggu. Maka hidup
pun juga. Perjalanan naik bis atau kereta beberapa hari yang lalu
mengingatkanku pada semua itu. Membosankan memang ketika kita hanya bisa duduk
menatap pemandangan yang berlari dari sebuah kaca jendela yang berdebu. Tapi
memang, saat itu tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain menunggu.
Menunggu kereta untuk sampai di stasiun tujuan dua jam ke depan, atau menunggu
bus untuk sampai di terminal kota kita lima jam kemudian. Dan seperti itulah
juga hidup. Hidup juga masalah menanti atau menunggu. Kadang kita bosan,
terus-terusan bertanya kapan kita sampai pada mimpi-mimpi kita, kadang kita
jenuh, kadang kita kehilangan arah, kadang juga kita tak tahu apakah keputusan
kita untuk mengambil jalan yang satu ini, sudah benar atau belum.
Jika hidup juga soal menunggu, bukan
hanya soal bertindak saja, maka hidup juga adalah tentang bersabar. Di tengah
keadaan yang serba bukan siapa-siapa, di tengah kondisi dimana tidak ada
sesuatu yang baru, di tengah waktu ketika kita belum memiliki apa yang kita
mau, disitulah kita harus bersabar menunggu. Kadang, tanpa kita sadari, kita
terlalu mudah mengeluh, terlalu menganggap lemah diri, dan terlalu malas untuk
berjuang sedikit lagi. Dan hati yang menyimpan semua energi negatif itu akan semakin memberatkan langkah kita
untuk terus maju. Maka biar kaki kita ringan, biar kecepatan kita terus
bertambah konstan, biar langkah kita bisa jauh, sadari saja… memang dalam hidup
ini ada masa-masa kita di bawah dan harus bersabar menunggu… tentu sambil terus
bertindak, sambil terus maju satu demi satu, meski itu langkah kecil sekalipun,
sampai akhirnya kita sampai di tempat yang memang ingin kita tuju.
Dan untuk menjalani hidupmu itu… kamu memang butuh waktu untuk sampai dan memeluk keinginan-keinginan yang selama ini kamu langitkan. Maka menunggulah. Maka bersabarlah.
Dan untuk menjalani hidupmu itu… kamu memang butuh waktu untuk sampai dan memeluk keinginan-keinginan yang selama ini kamu langitkan. Maka menunggulah. Maka bersabarlah.
Hon
Nurizza
Komentar
Posting Komentar