Single Backpacker di era Revolusi Industri 4.0



 Beberapa hari yang lalu, saya, sebagai seorang pseudo-mahasiswa (red: calon lulus), mencoba melakukan sesuatu yang baru, yaitu Backpaker-an. Backpackeran sama teman sih udah beberapa kali di lakuin. Tapi gimana kalo backpacker-an sendirian? Hihiy, kamu berani nggak nih?. Latar belakang cerita nekad ini adalah karena saya ingin sekali menghadiri suatu seminar bertemakan biologi di Jogja. Berhubung teman-teman saya sedang sibuk dengan urusan masing-masing, jadilah saya seorang diri harus memutuskan apakah harus Yes atau No untuk backpacker-an sendirian ke Jogja.
            Awalnya, saya sempat ragu dengan keputusan saya ini. Tapi, saya mencoba mengingat-ingat kalau sebenarnya saya tergolong sering ke Jogja. Bahkan, setahun lalu saya sempat backpackeran juga ke Jogja bareng teman-teman. Maka dari itu, saya yakin untuk backpacker-an sendirian ke Jogja demi menghadiri seminar itu. 

            Setelah registrasi online peserta seminar, saya memikirkan kira-kira transportasi apa yang akan saya gunakan untuk PP ke Jogja. Untuk transport pulang (red: Jogja-SBY), saya yakin untuk memilih kereta api karena pasti perjalanan pulang akan lebih berat dan melelahkan. Oh iya, sebelumnya, saya memutuskan untuk tidak menginap di Jogja setelah mempertimbangkan berbagai hal. Untuk transport ke Jogja, awalnya saya ingin naik bus malam saja, sebab bus malam tersedia 24 jam sehingga saya bisa memperkirakan akan berangkat jam berapa agar sampai di Jogja pada pagi hari. Lagian, kereta malam yang tiba di Jogja paling malam pukul 00.00. Nah, akan tetapi, setelah saya riset dengan bantuan Prof. Google, saya baru tahu kalau terminal besar Jogja itu nggak senyaman dan seramai yang saya pikirkan. Akhirnya, saya memutuskan untuk naik kereta api saja. Yap, akhirnya saya memilih KA Mutiara Selatan jurusan Malang-Bandung yang akan sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 00.00. Menurut saya, meskipun agak mahal, naik kereta api itu lebih menjamin kenyamanan dan keamanan apabila dibandingkan dengan naik transportasi lain.

            Malam itu, saya berangkat dari Stasiun Gubeng, Surabaya. KA Mutiara Selatan datang tepat sesuai dengan jadwalnya. Perjalanan yang akan saya tempuh adalah lima jam. Sepanjang perjalanan, saya mencoba untuk beristirahat tidur, tetapi selalu gagal karena saya segerbong sama rombongan mbak-mbak dan mas-mas yang berisik banget karena main warewolf (-_-). Nah, tepat pukul 00.00, kereta tiba di Stasiun Yogyakarta. Pertanyaannya, kenapa saya lebih milih untuk turun di Stasiun Tugu jika dibandingkan dengan Stasiun Lempuyangan? Karena eh karena, hasil riset saya dengan Prof. Google mengungkap bahwa Stasiun Tugu itu  merupakan stasiun yang lebih besar jika dibandingkan dengan Stasiun Lempuyangan. Belum lagi, kereta paling malam tujuan Stasiun Lempuyangan itu pukul 20.00. Apalagi, di Stasiun Tugu ada beberapa spot yang bisa digunakan untuk istirahat menunggu pagi, seperti tempat duduk yang di lengkapi colokan, kafe 24 jam, executive lounge, dan yang paling penting…. Mushola yang luas dan antara tempat laki-laki dan perempuan benar-benar dipisah (beda dengan stasiun satunya hihi). Sesampainya di stasiun, saya langsung cari toilet. Toilet stasiun mah udah nggak diraguin lagi. Udah macam di mall dan gratis. Benar-benar pilihan tepat untuk naik kereta. Malam itu, saya menunggu pagi di Mushola. Alhamdulillah, ada beberapa orang juga di tempat perempuan. Saya juga bertemu seorang ibu yang sedang menunggu pagi di mushola. Jadilah saya tidak sendirian. Selain itu, semakin beranjak pagi, akan semakin banyak orang yang datang ke mushola. Hingga menjelang subuh, saff perempuan udah penuh sampai ke belakang-belakang. Jangan salah juga, meskipun mushola stasiun, disini juga ada sholat jamaahnya loh. Wah, suka banget dah sama mushola stasiun tugu. 

            Setelah pagi, toilet stasiun mulai ramai. Apalagi yang perempuan. Bersih-bersih diri setelah perjalanan semalam. Setelah bersih diri, kini waktunya sarapan. Kalau mau sarapan di dalam stasiun sih boleh banget, tapi tau sendiri kan, harganya pasti lebih mahal hehe. Nah, oleh karena itu, saya mutusin buat keluar stasiun. Sekitar pukul setengah 7, suasana di luar stasiun udah rame. Kebetulan banget, di seberang stasiun ada yang jual nasi liwet. Tanpa pikir panjang, saya langsung ke sana. Hitung-hitung sarapan pakai makanan khas jogja nih hehehe. Satu porsi nasi liwet yang pulen dengan lauk telur balado dibandrol delapan ribu saja. 

            Untuk transport ke lokasi seminar, yaitu di fakultas bio UGM, saya memutuskan untuk naik Gojek. FYI, di manapun itu, apalagi di stasiun, naik dan pesan gojek itu harus hati-hati, sebab rawan konflik sama ojek pengkolan. Nah, tipsnya, kamu harus cari tahu dulu kira-kira spot-spot mana yang ngebolehin gojek buat jemput kamu. Untuk Stasiun tugu, dari pintu keluar Pasar Kembang, kamu harus jalan ke arah kiri beberapa meter sampai depan Hotel Neo. Kalau Stasiun Lempuyangan, kamu harus jalan dulu sampai sekitaran Jembatan layang. Kalau di Stasiun Gubeng, Surabaya, kamu bisa pesen di depan Masjid Gubeng atau depan PDAM. Biasanya, abang gojek juga akan ngarahin kamu sesaat setelah kamu pesan. Jadi, nggak usah khawatir deh. Waah… Backpacker.an di era Revolusi Industri 4.0 ternyata semudah dan seindah ini ehehehe.

            Sampai di lokasi, saya langsung registrasi dan menerima seminar kit. Acara dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 17.00. Acaranya gimana? Bahas apa? Nanti deh, saya bahas di post selanjutnya. Intinya, saya senang banget bisa bertemu dengan sosok-sosok hebat di bidang Biologi. Doain saya ya biar suatu saat bisa ketularan mereka menjadi salah satu tokoh hebat dan bermanfaat itu (aamiin!!!, yang doain saya, saya doain balik deh ehehe). Oh ya, berkat acara ini, saya jadi tahu nih bidang biologi apa yang lagi ngehits. Hitung-hitung bisa jadi bahan bikin study plan (aamiin ya Allah). Satu lagi, buat kamu yang masih ragu untuk dateng ke acara apapun sendirian karena mungkin takut kayak “orang ilang”, percaya deh sama saya untuk buang jauh-jauh rasa itu. Sebab, ketika kamu sendirian, kamu bakal dipertemukan dengan orang yang sendirian juga (please, jangan salfok terus baper!). Jadilah kamu punya kenalan dan teman ngobrol selama acara. Okeh, skip dulu cerita tentang seminarnya.

            Setelah seminar usai, saya kembali pesan gojek untuk membawa saya ke Stasiun Lempuyangan. Untuk pulang, saya memilih KA Gaya Baru Malam Selatan yang diberangkatkan pukul 19.30 dan tiba di Surabaya Gubeng pukul 02.00. Berhubung saya tiba pas sebelum magrib, saya memutuskan untuk sholat dan makan dulu. Di sepanjang jalan stasiun ini ada banyak banget penjual makanan dan oleh-oleh. Jadi kamu nggak perlu khawatir. Kalau mau dibungkus untuk dimakan di kereta, juga bisa kok. Sekitar sejam sebelum kereta tiba, saya masuk ke ruang tunggu peron. Waktu itu KA-nya datang terlambat. Meskipun telat cuma lima menit, pihak KA sampai minta maaf gitu dan mengkonpensasi waktu terlambatnya itu dengan memotong waktu berhenti di stasiun. Wagilaseh, segitunya ya. Salut deh pokoknya. 

            Sepanjang perjalanan kereta, gegera saya nggak bisa tidur malam kemarin, saya malah tidur nyenyak banget. Beruntung, kursi di samping saya kosong, sehingga saya bisa selonjoran non stop sampai Surabaya. Alhamdulillah ya, betapa Allah mengasihani manusia backpacker yang kelelahan seperti saya hehehe. Nah, sampai di Stasiun Gubeng, saya nggak langsung pulang ke kost. Karena eh karena, malem-malem gini biar bagaimanapun tetap beresiko. Selain beresiko bahaya di jalan, beresiko juga nggak bisa masuk kos karena seluruh manusia masih tidur nyenyak. Okelah, sekali lagi saya bermalam di stasiun. Beruntungnya, ada banyak orang disana, yaitu manusia-manusia yang tadi sekereta dengan saya, yang mau nyambung pakai KA Probowangi tujuan akhir Banyuwangi jam 04.30 nanti. Pada pukul 04.00, suara Qiraah dari masjid memantapkan saya untuk pulang. Lagi-lagi, gojek adalah pilihan saya. Finally, perjalanan backpacker-an sendirian saya telah usai. Wah, rasanya nano-nano dan senang banget sih.

            Sebelum menutup cerita ini, saya mau berpesan bagi kamu-kamu yang pengen backpacker-an sendirian nih. Meskipun nekad, kamu tetap harus banyak-banyak cari info terkait dengan tempat yang kamu akan kunjungi. Selengkap-lengkapnya, detail, dan seakurat mungkin. Kalau tidak tahu, jangan segan bertanya pada orang yang sekiranya bisa dipercaya. Selalu utamakan keamanan dan keselamatan. Yang terpenting, selalu berdoa dan minta perlindungan dariNya.


See you when I see you, Jogja!
See you when I see you, kamu!
(can I see you?)



Hon Nurizza

Komentar