Beberapa hari yang lalu, saya, sebagai seorang
pseudo-mahasiswa (red: calon lulus), mencoba melakukan sesuatu yang baru, yaitu
Backpaker-an. Backpackeran sama teman sih udah beberapa kali di lakuin. Tapi
gimana kalo backpacker-an sendirian? Hihiy, kamu berani nggak nih?. Latar
belakang cerita nekad ini adalah karena saya ingin sekali menghadiri suatu
seminar bertemakan biologi di Jogja. Berhubung teman-teman saya sedang sibuk
dengan urusan masing-masing, jadilah saya seorang diri harus memutuskan apakah
harus Yes atau No untuk backpacker-an sendirian ke Jogja.
Awalnya, saya sempat ragu dengan
keputusan saya ini. Tapi, saya mencoba mengingat-ingat kalau sebenarnya saya
tergolong sering ke Jogja. Bahkan, setahun lalu saya sempat backpackeran juga
ke Jogja bareng teman-teman. Maka dari itu, saya yakin untuk backpacker-an
sendirian ke Jogja demi menghadiri seminar itu.
Setelah registrasi online peserta
seminar, saya memikirkan kira-kira transportasi apa yang akan saya gunakan
untuk PP ke Jogja. Untuk transport pulang (red: Jogja-SBY), saya yakin untuk
memilih kereta api karena pasti perjalanan pulang akan lebih berat dan
melelahkan. Oh iya, sebelumnya, saya memutuskan untuk tidak menginap di Jogja
setelah mempertimbangkan berbagai hal. Untuk transport ke Jogja, awalnya saya
ingin naik bus malam saja, sebab bus malam tersedia 24 jam sehingga saya bisa
memperkirakan akan berangkat jam berapa agar sampai di Jogja pada pagi hari. Lagian,
kereta malam yang tiba di Jogja paling malam pukul 00.00. Nah, akan tetapi,
setelah saya riset dengan bantuan Prof. Google, saya baru tahu kalau terminal
besar Jogja itu nggak senyaman dan seramai yang saya pikirkan. Akhirnya, saya
memutuskan untuk naik kereta api saja. Yap, akhirnya saya memilih KA Mutiara Selatan
jurusan Malang-Bandung yang akan sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 00.00.
Menurut saya, meskipun agak mahal, naik kereta api itu lebih menjamin
kenyamanan dan keamanan apabila dibandingkan dengan naik transportasi lain.
Malam itu, saya berangkat dari
Stasiun Gubeng, Surabaya. KA Mutiara Selatan datang tepat sesuai dengan
jadwalnya. Perjalanan yang akan saya tempuh adalah lima jam. Sepanjang
perjalanan, saya mencoba untuk beristirahat tidur, tetapi selalu gagal karena
saya segerbong sama rombongan mbak-mbak dan mas-mas yang berisik banget karena
main warewolf (-_-). Nah, tepat pukul 00.00, kereta tiba di Stasiun Yogyakarta.
Pertanyaannya, kenapa saya lebih milih untuk turun di Stasiun Tugu jika
dibandingkan dengan Stasiun Lempuyangan? Karena eh karena, hasil riset saya
dengan Prof. Google mengungkap bahwa Stasiun Tugu itu merupakan stasiun yang lebih besar jika
dibandingkan dengan Stasiun Lempuyangan. Belum lagi, kereta paling malam tujuan
Stasiun Lempuyangan itu pukul 20.00. Apalagi, di Stasiun Tugu ada beberapa spot
yang bisa digunakan untuk istirahat menunggu pagi, seperti tempat duduk yang di
lengkapi colokan, kafe 24 jam, executive lounge, dan yang paling penting….
Mushola yang luas dan antara tempat laki-laki dan perempuan benar-benar dipisah
(beda dengan stasiun satunya hihi). Sesampainya di stasiun, saya langsung cari
toilet. Toilet stasiun mah udah nggak diraguin lagi. Udah macam di mall dan
gratis. Benar-benar pilihan tepat untuk naik kereta. Malam itu, saya menunggu
pagi di Mushola. Alhamdulillah, ada beberapa orang juga di tempat perempuan.
Saya juga bertemu seorang ibu yang sedang menunggu pagi di mushola. Jadilah
saya tidak sendirian. Selain itu, semakin beranjak pagi, akan semakin banyak
orang yang datang ke mushola. Hingga menjelang subuh, saff perempuan udah penuh
sampai ke belakang-belakang. Jangan salah juga, meskipun mushola stasiun,
disini juga ada sholat jamaahnya loh. Wah, suka banget dah sama mushola stasiun
tugu.
Setelah pagi, toilet stasiun mulai
ramai. Apalagi yang perempuan. Bersih-bersih diri setelah perjalanan semalam. Setelah
bersih diri, kini waktunya sarapan. Kalau mau sarapan di dalam stasiun sih
boleh banget, tapi tau sendiri kan, harganya pasti lebih mahal hehe. Nah, oleh
karena itu, saya mutusin buat keluar stasiun. Sekitar pukul setengah 7, suasana
di luar stasiun udah rame. Kebetulan banget, di seberang stasiun ada yang jual
nasi liwet. Tanpa pikir panjang, saya langsung ke sana. Hitung-hitung sarapan
pakai makanan khas jogja nih hehehe. Satu porsi nasi liwet yang pulen dengan
lauk telur balado dibandrol delapan ribu saja.
Untuk transport ke lokasi seminar,
yaitu di fakultas bio UGM, saya memutuskan untuk naik Gojek. FYI, di manapun
itu, apalagi di stasiun, naik dan pesan gojek itu harus hati-hati, sebab rawan
konflik sama ojek pengkolan. Nah, tipsnya, kamu harus cari tahu dulu kira-kira
spot-spot mana yang ngebolehin gojek buat jemput kamu. Untuk Stasiun tugu, dari
pintu keluar Pasar Kembang, kamu harus jalan ke arah kiri beberapa meter sampai
depan Hotel Neo. Kalau Stasiun Lempuyangan, kamu harus jalan dulu sampai
sekitaran Jembatan layang. Kalau di Stasiun Gubeng, Surabaya, kamu bisa pesen
di depan Masjid Gubeng atau depan PDAM. Biasanya, abang gojek juga akan
ngarahin kamu sesaat setelah kamu pesan. Jadi, nggak usah khawatir deh. Waah… Backpacker.an
di era Revolusi Industri 4.0 ternyata semudah dan seindah ini ehehehe.
Sampai di lokasi, saya langsung
registrasi dan menerima seminar kit. Acara dimulai pukul 09.00 dan berakhir
pukul 17.00. Acaranya gimana? Bahas apa? Nanti deh, saya bahas di post
selanjutnya. Intinya, saya senang banget bisa bertemu dengan sosok-sosok hebat
di bidang Biologi. Doain saya ya biar suatu saat bisa ketularan mereka menjadi
salah satu tokoh hebat dan bermanfaat itu (aamiin!!!, yang doain saya, saya doain balik deh ehehe). Oh ya, berkat acara
ini, saya jadi tahu nih bidang biologi apa yang lagi ngehits. Hitung-hitung
bisa jadi bahan bikin study plan (aamiin ya Allah). Satu lagi, buat kamu yang
masih ragu untuk dateng ke acara apapun sendirian karena mungkin takut kayak
“orang ilang”, percaya deh sama saya untuk buang jauh-jauh rasa itu. Sebab,
ketika kamu sendirian, kamu bakal dipertemukan dengan orang yang sendirian juga
(please, jangan salfok terus baper!). Jadilah kamu punya kenalan dan teman
ngobrol selama acara. Okeh, skip dulu cerita tentang seminarnya.
Setelah seminar usai, saya kembali
pesan gojek untuk membawa saya ke Stasiun Lempuyangan. Untuk pulang, saya
memilih KA Gaya Baru Malam Selatan yang diberangkatkan pukul 19.30 dan tiba di
Surabaya Gubeng pukul 02.00. Berhubung saya tiba pas sebelum magrib, saya
memutuskan untuk sholat dan makan dulu. Di sepanjang jalan stasiun ini ada
banyak banget penjual makanan dan oleh-oleh. Jadi kamu nggak perlu khawatir.
Kalau mau dibungkus untuk dimakan di kereta, juga bisa kok. Sekitar sejam
sebelum kereta tiba, saya masuk ke ruang tunggu peron. Waktu itu KA-nya datang terlambat.
Meskipun telat cuma lima menit, pihak KA sampai minta maaf gitu dan
mengkonpensasi waktu terlambatnya itu dengan memotong waktu berhenti di
stasiun. Wagilaseh, segitunya ya. Salut deh pokoknya.
Sepanjang perjalanan kereta, gegera
saya nggak bisa tidur malam kemarin, saya malah tidur nyenyak banget.
Beruntung, kursi di samping saya kosong, sehingga saya bisa selonjoran non stop
sampai Surabaya. Alhamdulillah ya, betapa Allah mengasihani manusia backpacker
yang kelelahan seperti saya hehehe. Nah, sampai di Stasiun Gubeng, saya nggak
langsung pulang ke kost. Karena eh karena, malem-malem gini biar bagaimanapun
tetap beresiko. Selain beresiko bahaya di jalan, beresiko juga nggak bisa masuk
kos karena seluruh manusia masih tidur nyenyak. Okelah, sekali lagi saya bermalam
di stasiun. Beruntungnya, ada banyak orang disana, yaitu manusia-manusia yang
tadi sekereta dengan saya, yang mau nyambung pakai KA Probowangi tujuan akhir
Banyuwangi jam 04.30 nanti. Pada pukul 04.00, suara Qiraah dari masjid
memantapkan saya untuk pulang. Lagi-lagi, gojek adalah pilihan saya. Finally,
perjalanan backpacker-an sendirian saya telah usai. Wah, rasanya nano-nano dan
senang banget sih.
Sebelum menutup cerita ini, saya mau
berpesan bagi kamu-kamu yang pengen backpacker-an sendirian nih. Meskipun
nekad, kamu tetap harus banyak-banyak cari info terkait dengan tempat yang kamu
akan kunjungi. Selengkap-lengkapnya, detail, dan seakurat mungkin. Kalau tidak
tahu, jangan segan bertanya pada orang yang sekiranya bisa dipercaya. Selalu
utamakan keamanan dan keselamatan. Yang terpenting, selalu berdoa dan minta
perlindungan dariNya.
See you when I see you, Jogja!
See you when I see you, kamu!
(can I see you?)
Hon
Nurizza
Komentar
Posting Komentar