Tentang hatimu dan hatiku
Siapakah yang memiliki?
Apakah hatimu milikmu?
Apakah hatiku milikku?
Apakah hatinya miliknya?
Tidak, sayang...
Hatiku, hatimu, dan hatinya
adalah milikNya...
Dia pemilik segala hati
Dan kenyataan itu telah lama kita lupa
Bahwa cara terbaik merebut hati
bukanlah mendekatkan hati pada hatinya,
Tapi justru mendekat pada-Nya
Dan mengapa oh mengapa, kini kita menjadi terlampau malu
untuk meminta hatinya kepada Dia
jika kita ingat betapa tidak tahu dirinya kita selama ini, yang justru mahir mendikte Tuhan tanpa sedikitpun intropeksi diri atas apa yang selama ini kita berikan padaNya?
Hatiku, hatimu, dan hatinya
Bukan milikku, milikmu, dan miliknya
Tapi sempurna berada dalam genggam tanganNya
Maka biarlah hati yang bandel dan sulit diajak kompromi ini, diatur oleh pemiliknya saja
Biar dibolak-balikkan ke arah yang baik,
Biar dihadapkan pada sisi yang benar,
Biar kokoh dan tidak retak atas apapun takdir yang datang
Hatiku, hatimu, dan hatinya
Jangan sampai sembarangan disimpan
Jangan sampai sembarangan jatuh
Jangan sampai sembarangan dicuri orang
Takutnya kalau rusak, takutnya kalau retak, takutnya kalau hilang entah kemana
Maka berhati-hatilah
Maka simpan dengan benar, letakkan di tempat yang benar dan jaga dengan baik
Wahai pemilik hati
Berilah kami.petunjuk dimana harus menyimpan hati, dimana harus meletakkan hati, dan bagaimana cara menjaga hati
Pertemukan kami dengan hati-hati baik hingga hati kami menjadi hati yang baik pula
Jauhkanlah kami dari hati yang menghitam karena takutnya hati kami nanti ketularan
Hatiku, hatimu, dan hatinya
Kini aku tidak terlalu yakin lagi dengan sesuatu itu
Biar skenario terbaik dari pemilik hati yang akan mengatur sedemikian rupa hatimu, hatiku, dan hati kita semua
Aku hanya ingin berhati-hati untuk saat ini...
Hon Nurizza
(Terinspirasi dari Buku Mengelola Rasa karya Futri Zakiyah"
Siapakah yang memiliki?
Apakah hatimu milikmu?
Apakah hatiku milikku?
Apakah hatinya miliknya?
Tidak, sayang...
Hatiku, hatimu, dan hatinya
adalah milikNya...
Dia pemilik segala hati
Dan kenyataan itu telah lama kita lupa
Bahwa cara terbaik merebut hati
bukanlah mendekatkan hati pada hatinya,
Tapi justru mendekat pada-Nya
Dan mengapa oh mengapa, kini kita menjadi terlampau malu
untuk meminta hatinya kepada Dia
jika kita ingat betapa tidak tahu dirinya kita selama ini, yang justru mahir mendikte Tuhan tanpa sedikitpun intropeksi diri atas apa yang selama ini kita berikan padaNya?
Hatiku, hatimu, dan hatinya
Bukan milikku, milikmu, dan miliknya
Tapi sempurna berada dalam genggam tanganNya
Maka biarlah hati yang bandel dan sulit diajak kompromi ini, diatur oleh pemiliknya saja
Biar dibolak-balikkan ke arah yang baik,
Biar dihadapkan pada sisi yang benar,
Biar kokoh dan tidak retak atas apapun takdir yang datang
Hatiku, hatimu, dan hatinya
Jangan sampai sembarangan disimpan
Jangan sampai sembarangan jatuh
Jangan sampai sembarangan dicuri orang
Takutnya kalau rusak, takutnya kalau retak, takutnya kalau hilang entah kemana
Maka berhati-hatilah
Maka simpan dengan benar, letakkan di tempat yang benar dan jaga dengan baik
Wahai pemilik hati
Berilah kami.petunjuk dimana harus menyimpan hati, dimana harus meletakkan hati, dan bagaimana cara menjaga hati
Pertemukan kami dengan hati-hati baik hingga hati kami menjadi hati yang baik pula
Jauhkanlah kami dari hati yang menghitam karena takutnya hati kami nanti ketularan
Hatiku, hatimu, dan hatinya
Kini aku tidak terlalu yakin lagi dengan sesuatu itu
Biar skenario terbaik dari pemilik hati yang akan mengatur sedemikian rupa hatimu, hatiku, dan hati kita semua
Aku hanya ingin berhati-hati untuk saat ini...
Hon Nurizza
(Terinspirasi dari Buku Mengelola Rasa karya Futri Zakiyah"
Komentar
Posting Komentar