Apakah yang sebenarnya kita miliki?
Apakah itu rupa yang menawan, tubuh yang bagus, pendidikan yang tinggi, keluarga yang bahagia, kawan-kawan yang menyayangi kita, prestasi yang kita banggakan, karir yang terus menanjak, pasangan yang mencintai kita, rumah yang hangat dan megah atau harta menggunung yang kita miliki?
Apakah benar semua itu milik kita?
Karena terkadang hidup terlampau kejam untuk sekadar membuktikan bahwa kita bukanlah pemilik sebenarnya
Atau kitakah yang terlalu lancang mengklaim segala titipan itu sebagai milik pribadi?
Karena hati dan tangan yang menggenggam terlalu erat semua itu, terkadang harus dipaksa hingga berdarah-darah untuk melepaskannya, karena jangka waktu pinjamannya sudah habis atau karena kita terlampau tak tau diri, tak tau malu, tak tau berterima kasih atas apa yang selama ini dipinjamkanNya kepada kita.
Karena bahkan diri kita pun dipinjamkan olehNya kepada kita
Hingga pada batas waktu tertentu diri kita akan "habis" dan kembali padaNya
Dia sungguh berbaik hati mengingatkan bahwa tidak sepantasnya kita merasa memiliki apapun hingga kehilangan rasa syukur dan lupa berharap-harap lagi padaNya.
Dia sungguh berbaik hati memberikan kita isyarat demi isyarat bahwa dunia hanyalah sekadar permainan yang tak perlu dimainkan setiap saat, yang tak perlu terlalu disesali ketika kalah, dan tak perlu terlalu senang ketika dimenangkan.
Dan Dia sungguh berbaik hati ingin kita tidak melupakan untuk apa diri kita diciptakan.
Bukan untuk memiliki seluruh dunia dan seisinya, tetapi untuk menghamba padaNya.
Tidakkah kita ingat betapa manusia-manusia terbaik di bumi yang diutusNya lebih memilih menderita, kelaparan, dan menjauh dari kesenangan dunia demi beribadah meraih keridhaan Pemilik itu?
Bahkan mereka sudah dijanjikan kehidupan akhirat yang bahagia selagi mereka masih hidup.
Tentang apa yang kita miliki,
Ternyata kita tidak memiliki apapun
Ternyata percuma berharap yang tidak pada tempatnya
Ternyata terlalu menggengam itu sakit
Maka biarlah kita berlepas dari dari apapun yang bukan milik kita
Biarlah kita hanya berharap pada Pemilik semua itu saja
Biarlah nanti Dia yang memutuskan apa-apa yang dititipkanNya kepada kita
Dan semoga nanti kita menjadi hati-hati yang pandai berterima kasih atas apa yang sedang dan telah dititipkan olehNya.
Hon Nurizza
Apakah itu rupa yang menawan, tubuh yang bagus, pendidikan yang tinggi, keluarga yang bahagia, kawan-kawan yang menyayangi kita, prestasi yang kita banggakan, karir yang terus menanjak, pasangan yang mencintai kita, rumah yang hangat dan megah atau harta menggunung yang kita miliki?
Apakah benar semua itu milik kita?
Karena terkadang hidup terlampau kejam untuk sekadar membuktikan bahwa kita bukanlah pemilik sebenarnya
Atau kitakah yang terlalu lancang mengklaim segala titipan itu sebagai milik pribadi?
Karena hati dan tangan yang menggenggam terlalu erat semua itu, terkadang harus dipaksa hingga berdarah-darah untuk melepaskannya, karena jangka waktu pinjamannya sudah habis atau karena kita terlampau tak tau diri, tak tau malu, tak tau berterima kasih atas apa yang selama ini dipinjamkanNya kepada kita.
Karena bahkan diri kita pun dipinjamkan olehNya kepada kita
Hingga pada batas waktu tertentu diri kita akan "habis" dan kembali padaNya
Dia sungguh berbaik hati mengingatkan bahwa tidak sepantasnya kita merasa memiliki apapun hingga kehilangan rasa syukur dan lupa berharap-harap lagi padaNya.
Dia sungguh berbaik hati memberikan kita isyarat demi isyarat bahwa dunia hanyalah sekadar permainan yang tak perlu dimainkan setiap saat, yang tak perlu terlalu disesali ketika kalah, dan tak perlu terlalu senang ketika dimenangkan.
Dan Dia sungguh berbaik hati ingin kita tidak melupakan untuk apa diri kita diciptakan.
Bukan untuk memiliki seluruh dunia dan seisinya, tetapi untuk menghamba padaNya.
Tidakkah kita ingat betapa manusia-manusia terbaik di bumi yang diutusNya lebih memilih menderita, kelaparan, dan menjauh dari kesenangan dunia demi beribadah meraih keridhaan Pemilik itu?
Bahkan mereka sudah dijanjikan kehidupan akhirat yang bahagia selagi mereka masih hidup.
Tentang apa yang kita miliki,
Ternyata kita tidak memiliki apapun
Ternyata percuma berharap yang tidak pada tempatnya
Ternyata terlalu menggengam itu sakit
Maka biarlah kita berlepas dari dari apapun yang bukan milik kita
Biarlah kita hanya berharap pada Pemilik semua itu saja
Biarlah nanti Dia yang memutuskan apa-apa yang dititipkanNya kepada kita
Dan semoga nanti kita menjadi hati-hati yang pandai berterima kasih atas apa yang sedang dan telah dititipkan olehNya.
Hon Nurizza
Komentar
Posting Komentar