Hi readers, I am coming back!
Sebelum sharing tentang kehidupan mahasiswa semester tua di kampus, saya ingin
bilang aja kalau saya lagi kangen berat sama Blog lama saya waktu SMA dulu. Rasanya
pengen banget baca-baca tulisannya lagi. Unfortunately, saya lupa password dan
blog tersebut sudah saya privatisasi (feels wanna cry so bad!). Oke, back to
the topic, kali ini sebagai saksi hidup sekaligus salah satu pelaku, saya akan
menceritakan sendiri tentang bagaimana strungglingnya mahasiswa semester tua
melalui detik-detik waktu akhirnya di kampus.
Ada dua tipe mahasiswa di
semester 8-nya. Yang pertama adalah mereka yang ambil skripsi doang, yang kedua
adalah mereka yang ambil skripsi sekaligus beberapa mata kuliah dengan alasan
untuk memenuhi kewajiban minimum SKS maupun “pengen ambil aja soalnya suka”.
Mereka yang hanya mengambil skripsi, biasanya hanya menghabiskan waktu di
laboratorium, kalau mereka mengambil data dari sana. Kalau gabut, sebagian dari
mereka ada yang menyusup ke kelas-kelas dan duduk manis mendengarkan penjelasan
dosen di suatu kelas. Adapun yang menghabiskan waktu untuk nongki-nongki di
kampus, magang, les, atau apapun itu yang saya tidak tahu- di luar kampus. Yang
jelas, di semester ini tuh bakal beda banget sama semester-semester sebelumnya.
Mulai dari defisiensi tugas, hingga berubahnya lingkup pergaulan. Poin penting
dari yang dibahas sekarang adalah kita harus punya tujuan sendiri. Berhenti
ikut-ikutan temen. Sebab kondisi diri kita sendiri pasti akan berbeda dengan
teman-teman kita seangkatan. Mulai dari topic penelitian yang beda, progress mengerjakan
penelitian yang berbeda, dosen pembimbing yang berbeda, persyaratan lulus yang
harus dipenuhi seperti sertifikat bahasa inggris misalnya, kelas yang harus
diambil atau diulang, dan masih banyak lagi.
Kegabutan-kegabutan di semester 8
ini hendaknya disikapi dengan baik, guys. Meskipun kalau dibilang gabut, ngga
gabut-gabut banget karena kita masih punya kewajiban berat untuk menyelesaikan
penelitian dan menyusun BAB 4 dan BAB 5 beserta konsultasi ke dosbing, juga
persyaratan yudisium yang ngga bisa dianggap enteng. Tapi, tetap saja semester
8 ini akan terasa longgar. Kegabutan yang tidak disikapi dengan baik bisa
memicu kebingungan/kegalauan/kegamangan yang berakibat pada menurunnya semangat
hidup. Sebab, ketika tidak ada hal yang kita lakukan, kita akan cenderung mikir
yang aneh-aneh, mulai dari nanti kalau sudah lulus mau kerja dimana (padahal
belum wisuda), atau mau lanjut S2 di luar negeri aja dengan beasiswa (padahal
skor IELTS masih dibawah 5), atau mau nikah aja (padahal persiapan kearah sana
juga belum ada;pun pasangannya xaxa). Ya, kira-kira seperti itulah
pikiran-pikiran yang meracuni mahasiswa semester 8 ketika mereka lagi gabut dan
gagal menemukan kegiatan yang berfaedah. Well, kalau pendapat pribadi saya sih,
hal itu wajar dan sepatutnya dipikirkan. Masa sih sehari setelah senyum-senyum
di acara wisudaan, besoknya “pah-poh” alias “have no idea” mau dibawa kemana
hidup ini. Tapi kalau kebanyakan mikir tanpa realisasi, kan salah juga toh?
Oke, jadi lebih baiknya adalah memikirkannya baik-baik sambil memantaskan diri.
Ada sih tipe manusia yang oke-oke aja setelah lulus, ia mau nikah/s2/kerja dan
itu tergantung takdir dan kesempatan yang menghampirinya. Tapi tetap aja kan,
memantaskan diri itu wajib. Meningkatkan kemampuan bahasa inggris sambil ngaji
agama tentang pra-nikah dan parenting sambil magang cari pengalaman
kerja juga ngga ada salahnya kan?. Oke,
intinya, isilah kegabutan dengan hal yang berfaedah. Selain itu, kegabutan ini
juga dapat dibasmi dengan menjalankan hobby yang dulu tersisihkan karena
banyaknya tugas kuliah, seperti menulis blog misalnya. Fine-fine aja kok kalau
ngga sampai ganggu skripsian-mu.
Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah….jangan
pernah lupakan skripsianmu. Inget trus aja tiap hari dan pastikan ada progress di
tiap harinya. Wah, rasanya sedikit tidak berhak ngomong gini sih karena saya
juga belum melewati garis finish dalam ajang penskripsian ini. Tapi, bener kan?
Berkaca pada sedikit pengalaman kakak tingkat, sayang banget kan kalau
selangkah lagi mau lulus tapi kita kehilangan semangat untuk menyelesaikannya?
Katanya, kalau hilang semangat, samperin temen-temenmu yang rajin atau yang
udah sidang. Biar kepengen, katanya!. Oh, rupanya ada satu lagi! Yang paling
terakhir yang ingin saya sampaikan adalah tetep khusnudhan sama Allah. Sebab
rezeki, umur, jodoh, sudah ada yang mengatur, tapi sayangnya seringkali kita
lupa dan malah khawatir ngga karuan sama masa depan di era liberal yang
menuntut persaingan super ketat pasca lulus nanti. Keep praying, keep hard
working!. Semoga kita, para mahasiswa
semester akhir selalu dimudahkan jalannya dan dijaga semangatnya untuk meraih
toga dan semoga ilmu-ilmu yang telah kita pelajari selama 4 tahun ini dapat
bermanfaat bagi sesama dan bumi.
Komentar
Posting Komentar