“Apa yang Terjadi di Imunobiologi”


            Hai, Readers. Akhir pekan adalah waktu yang paling pas mengerjakan sesuatu yang kita sukai. Mumpung free dari deadline laporan nih, akhirnya meluangkan waktu menulis lagi. Kali ini saya akan membahas tentang salah satu matkul kuliah paling “kece” yang saya tempuh di semester ini. Mata kuliah Imunobiologi tergolong mata kuliah pilihan. Semester ini Cuma diprogram oleh 19 mahasiswa lho, dan Alhamdulillah saya salah satunya. Alasan mengambil matkul ini di semester lima, kalau boleh jujur saya lagi nyari moodbooster, sebab ada beberapa mata kuliah wajib yang bukan tergolong minat saya. Bolehlah nyasar dikit hihi.

            Mumpung habis UTS, ingatan saya masih agak fresh tentang bahasan apa aja yang dibahas di matkul ini selama setengah semester ini. Tetapi, sebelum membahas itu, saya mau ngobrol dulu tentang “joke about imunology” yang saya temukan kapan hari di timeline facebook. Intinya waktu itu, Sel Thelper lagi update status tentang hubungan barunya dengan sel B, nah statusnya itu dikomen “Oh, young love” oleh Sel Plasma, sedangkan oleh Sel dendritik dikomen “You’ll come back to me!”, dan Sumsum tulang ikutan nimbrung juga, “My baby’s all grown up!”. Eh, Nodus Limphatikus malah ikutan nyumbang jempol. Berhubung ini sudah dibahas tuntas oleh dosen imuno di setengah semester lalu, otomatis saya ngakak. Mungkin saya ngga akan ngakak kalo ngga ambil kulian imuno. Soalnya ngga ngerti wkwk.



            Saya rasa readers semua juga tahu relationships mereka semua itu apaan. Tapi, saya jelasin lagi disini ya. Jadi, hubungan Sel Thelper dan Sel B itu sebenarnya adalah untuk menstimulasi sel B agar membelah menjadi sel Plasma yang siap mensekresikan antibodi. Biasanya ini terjadi agak lama setelah serangan patogen pada tubuh. Nah, pantesan sel Plasma komen gitu. Sedangkan dendritik sel itu merupakan Antigen Presenting Cell, yang tugasnya mempresentasikan antigen patogen ke sel Tsitotoksik, sel Thelper, dll. Nah, hubungan sel dendritik dengan sel Thelper diduga berkaitan erat dengan presentasi antigen yang dilakukan oleh sel dendritik ke T helper agar T helper itu mature/merangsang sel B terproliferasi. Jadi ya, setelah sel Thelper ke sel B, pasti kembali ke sel dendritik dong. Orang Thelper bahkan ngga bisa mature lalu “bersama” sel B kalau bukan gara-gara sel dendritik wkwk.  Nah, kalo sumsum tulang merupakan jaringan limfoid primer tempat Sel B dan Sel T  mengenal “self”, sehingga sel B dan sel T yang matang nantinya tidak akan mengenali antigen dirinya sendiri sebagai imunogen. Ya, bisa dibilang mereka masih “bayi” gitu deh waktu tinggal di sumsum tulang. Nantinya sel T mengalami pematangan di timus dan sel B tetap di sumsum tulang. Disana, mereka akan mengalami pematangan lebih lanjut. Setelah itu, keduanya menuju jaringan limfosit sekunder yang salah satunya adalah nodus limpatikus (dia yang ngasih like) untuk mengenal antigen non-self. Wkwkwk, lucu kan ya :’) -*maksa*

            Nah, pembahasan pertama di mata kuliah ini adalah Sistem Imun Non Spesifik. Team ini berisi tiga subteam, yaitu Barrier, seluler, dan humoral. Barrier beranggotakan kulit, silia, mukus, lysozim, sekret vagina, spermin, laktoperoksida, dan mereka semua yang ada di bagian luar tubuh. Team seluler beranggotakan neutrofil, monosit/makrofag, NK cell, dan sel dendritik. Team humoral beranggotakan Sitokin, komplemen, dan Protein C-reactive. Merekalah pasukan yang saling bahu membahu menghancurkan patogen atau antigen non –self di garda terdepan. Huwaaa, give applause dong!

            Karakteristik The big team ini adalah kerjanya cepat, tidak spesifik, dan beberapa umurnya pendek. Barrier menggunakan enzim pelisis, pH yang asam, atau segala sesuatu yang bisa memusnahkan patogen macam bakteri, jamur. Seluler kebanyakan memanfaatkan mekanisme fagositosis. Mereka bisa mengenali patogen karena pada tubuh patogen ada yang namanya PAMPS, yang terdiri dari peptidoglikan, porin, asam teikoat, dll yang tidak dimiliki oleh tubuh manusia. PAMPS ini bisa dikenali reseptor team seluler dengan adanya reseptor PRRS. Tim Humoral kebanyakan merupakan protein yang secara tidak langsung dapat melawan patogen.

            Bahasan kedua adalah tentang big team kedua yang menghuni barisan inti dari perlawanan melawan patogen. Mereka adalah pasangan serasi sel T dan sel B. Untuk dapat menghasilkan imunoglobulin, maka sel B harus berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Proses ini distimulasi oleh kedatangan sel Thelper yang kemudian berikatan dengan sel B. Sel T helper sebelumnya telah terikat dengan APC (antigen presenting cell). Sel B membelah menjadi sel plasma dan sel memori. Imunoglobulin atau antibodi ini sebenarnya strukturnya sama seperti BCR (B cell receptor), tapi disekresikan. Bekerjanya imunoglobulin untuk menghancurkan patogen ini adalah dengan mekanisme tidak langsung. Jadi, melalui opsonisasi alias pelapisan antigen dengan antibodi, dengan begitu patogen akan lebih mudah dicerna oleh makrofag dkk. Meski demikian, fungsi antibodi bukan Cuma buat itu aja. Gimana dengan sel T? Aktivasi sel T tidak semudah sel B. Sel T tidak bisa mengenali antigen mentah-mentah. Jadi, antigen harus diproses oleh APC dulu agar dapat dikenali oleh Sel T. Selain itu, ikatan antara antigen dan sel T juga butuh co-stimulator macam sitokin. FYI, sel B bahkan bisa mempresentasikan antigen patogen sendiri. Setelah aktif, sel T CD4 berubah menjadi sel Thelper, sedangkan TCD8 menjadi T sitotoksik. Thelper bertugas untuk aktivasi sel B, sedangkan Tsitotoksik bertugas untuk meliliskan patogen secara langsung. Karakteristik kerja dari team ini adalah respon lambat, spesifik, dan memiliki memori yang memungkinkan respon lebih cepat untuk antigen yang sama.



            Dari tadi ngomongin antigen. Tapi apasih antigen itu? Antigen adalah bahan yang diidentifikasi sebagai non self oleh komponen sistem imun. Kalau non self, responnya bukan malah diajak kenalan loh ya, tapi justru harus dihancurkan. Akan tetapi, tidak semua antigen ini imunogenik. Contoh, nasi itu antigen, tapi tidak imunogenik. So, Cuma yang imunogenik aja yang dihancurkan. Kecuali pada kasus hyper-imunitas. Imonogenitas itu keasingan, sifat kimia, kondisi sistem imun host, dosis, dan rute pemberian. Rute pemberian subkutan memiliki respon imun yang terkuat diantara pemberian lewat perantara lain.

            Hmm.. sebenarnya ada lebih banyak yang dibahas di kelas imunobiologi. Tetapi berhubung adanya keterbatasan ini dan itu, tulisannya saya cukupkan disini. Belajar imunobiologi setidaknya memberikan kita pemahaman bahwa secara alamiah diri kita didesain untuk mencintai dan melindungi dirinya sendiri. Bagi kamu yang punya banyak kekurangan dan sering mengeluh bahkan kadang membenci diri sendiri karena itu, mungkin kamu perlu ingat pengorbanan antibodi yang rela “dikunyah” bersama antigen oleh si besar Makrofag hehehe. Bagi kamu yang merasa unlovable dan menanggap dirimu makhluk teraneh di bumi, sebnarnya ada jutaan elemen yang mencintaimu, mulai lysozim, makrofag, sitokin, hingga sel Tsitotoksik dan antibodi. They are exist to keep you alive. That’s so sweet isn’t?. Then, yang paling penting, keberadaan mereka semua ditubuh kita sungguh merepresentasikan dengan jelas betapa sayangnya Allah pada kita. Maka, banyak-banyakin bersyukur, apalagi ketika sehat.

            Sekian posting agak gaje kali ini. Semoga dapat sedikit banyak bermanfaat dan menghibur. Saya teringat satu hal, “Ketika kita menghadiri sebuah kelas, maka berpikirlah kita akan belajar sesuatu yang baru untuk membesarkan jiwa kita suatu saat nanti. Janganlah berpikir untuk menghadiri sebuah kelas dengan niat semata-mata untuk bersaing dan tergesa menyelesaikan perintah tanpa berpikir. Kita bukan robot yang mengerjakan semua hal yang diperintahkan tanpa hati. Kita adalah manusia yang sepantasnya belajar dengan pikiran dan hati yang terbuka”.

Hon Nurizza



Thx

Komentar