Sang Puteri sadar bahwa sebongkah hati yang ia miliki kini sedang sakit parah. Namun perjalanan panjang dan berat menuju pulau impian harus tetap ia lalaui. Demi rakyat yang dicintainya, ia harus merelakan sebongkah hati yang sedang sakit itu. Sang puteri tahu benar bahwa perjalanan ini akan sangat menyakitkan bila ia bersikeras memeluk sebongkah hatinya.
Akhirnya, sang puteri pergi ke sebuah kapal besar di tengah lautan luas. Ia meletakkan sebongkah hati ke dalam peti kayu, menguncinya, lalu membuang kuncinya ke laut. Sementara peti kayu itu dihujamkannya ke ujung langit. Seketika, hujan deras turun bersatu dengan air mata kehilangan. Sang puteri lantas memohon pada langit untuk menjaga dengan baik sebongkah hatinya. Sang puteri juga membujuk samudera untuk membawa kunci itu mengalir searah dengan aliran takdir. Dengan seluruh kesedihannya yang lapang, sang puteri melanjutkan perjalanan panjang menuju pulau impian. Disana ia akan membangun istana impian dan kehidupan yang membahagikan untuk orang-orang yang dicintainya.
Bagaimana dengan sebongkah hati dan kunci itu? Semuanya tergantung takdir. Jika takdir menginginkan samudera mengembalikan kunci itu padanya, Jika takdir menyeru pada langit untuk mengambil kembali sebongkah hatinya, maka semuanya akan menjadi milik sang Puteri kembali. Namun jika takdir telah memilihkan sebongkah hati yang baru untuknya dan menyimpan kunci itu di tempat yang tepat, maka tidak apa. Sebab sang puteri yakin bahwa jalan yang ditempuhnya sudah benar. Pulau impian dan senyuman orang-orang yang ia sayangi adalah mimpinya saat ini. Duh, bagaimana jika takdir juga tak membiarkan sang puteri sampai di pulau impian? Itu juga tidak apa. Sebab sang puteri yakin bahwa takdir selalu menyayanginya, tak pernah berniat menghancurkannya.
Selesai
*HON NURIZZA
Komentar
Posting Komentar