Biru, Abu, Merah, dan Jingga

Biru, Abu, Merah, dan Jingga turun dari sebuah kapal besar yang membawa mereka ke sebuah pulau bernama Pulau Singgah. Pulau Singgah cukup indah dengan pantai berombak besar yang memukau dan barisan tebing hijau yang mempesona . Mereka harus tinggal bersama beberapa waktu untuk kemudian pergi ke tempat tujuannya masing-masing. 

Tujuan Biru adalah pergi ke tempat manapun air laut dan ombak membawanya. Ia senang dengan perjalanan ini. Santai menikmati kebersamaannya bersama Abu, Merah, dan Jingga di pulau Singgah. Biru menjalani hidup dengan sangat baik di pulau Singgah. Biru tidak terlalu suka membicarakan rencana masa depan. Jingga sering mengajak Biru memandang ke ujung laut,mengajaknya kesana suatu saat. Tetapi Biru lebih sering mengangguk mau lantas tak mau ikut melangkah lebih jauh lagi. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya diinginkan Biru.

Abu berbeda lagi. Abu telah memiliki pengalaman bertahan hidup lebih banyak di pulau-pulau. Dia menjalani hidup sama baik dengan Biru di pulau Singgah. Abu juga tidak pernah berbicara tentang masa depan di ujung laut sana. Ketika Jingga mengajaknya memandang ke ujung laut, mencari dunia yang belum mereka temui di ujung sana, Abu menolaknya mentah-mentah. Ia lebih suka tinggal di tempat yang sudah ia kenali, hidup disana dengan aman dan nyaman. 

Bagaimana dengan Merah? Merah justru masih terpaut erat dengan masa lalunya di pulau yang sudah tertinggal jauh di belakang sana. Ia ingin kembali ke pulau impiannya meskipun sudah jauh-jauh menempuh perjalanan hingga ke Pulau Singgah. Merah sungguh ingin menyambut masa depannya di depan sana, namun ia harus berjuang keras kembali ke belakang dahulu, mengambil sesuatu yang tertinggal, merelakan sisa waktu hidupnya berhenti sejenak untuk mengejar masa depannya. Tak ada seorang pun yang bisa menghentikannya meski ia harus jatuh tersungkur berkali-kali. Merah hidup santai bersama yang lain, namun tidak menjalani harinya dengan baik di pulau Singgah.

Jingga adalah penakut. Meski ia berani memandang ke ujung lautan, merancang rencana masa depan yang ia inginkan, melakukan apa saja untuk sampai kesana, Jingga adalah penakut yang sangat takut tak sampai di ujung lautan itu. Jingga hidup dengan baik di pulau Singgah, tetapi Jingga tidak mampu menikmati hidupnya bersama yang lain di pulau Singgah ini. Pikirannya sudah berenang jauh ke ujung sana terlebih dahulu. Jingga ingin sesegera mugkin sampai ke sana, meski itu berarti perpisahan dengan Biru, Abu, dan Merah. Jingga juga takut sendirian. Tetapi sekali lagi ia sangat penakut. Ia lebih takut tdak akan sampai ke pulau impiannya di depan sana.

Apakah Jingga lebih baik dari 3 orang lain? Apakah Biru atau Abu atau Merah yang lebih baik? Belum tentu. Sejak seorang manusia beranjak dewasa,mereka kemudian menyadari bahwa sangat jarang ada pendapat atau pernyataan apapun yang bisa diterima seluruh pikiran manusia di bumi. Akan selalu ada perbedaan pendapat dan perselisihan. Akhirnya tiap-tiap kepala dipaksa memilih mana yang akan mereka niscayai untuk menjalani kehidupannya. Biru dan Abu yakin bahwa hidup dengan baik di masa kini tanpa rasa khawatir pada masa depan adalah cara terbaik menjalani hidup. Merah yakin bahwa kebahagiaan sejati hanya akan diraih ketika berhasil mengikuti kata hati yang ditempuh dengan pengorbanan yang berat. Jingga yakin bahwa bermimpidan bervisi akan membuatnya berjuang mati-matian menuju kehidupan yang ia impikan. Biru, Abu, Merah, dan Jingga adalah empat yang berbeda, menjalani hidup dengan berbeda, sungguh tidak ada yang salah dari tiap-tiap mereka. 

Bagaimana dengan kamu? Kamu adalah kamu. Kamu memilih apa yang kamu niscayai, dan dengan kekuatan doa dan usaha, percayalah bahwa kamu akan sampai ke tempat terbaik, tempat yang kamu inginkan.

Hon Nurizza

Komentar